Token native jaringan Solana, yakni SOL, resmi menembus harga US$ 250 pada Kamis lalu. Ini merupakan level tertinggi dalam 8 bulan terakhirnya. Dalam 30 hari terakhir saja, SOL mencetak lonjakan 37 persen, mengungguli sebagian besar altcoin lain dengan margin sekitar 25 persen. Namun di balik lonjakan ini, muncul pertanyaan penting, yakni apakah momentum ini berkelanjutan atau tidak.
Meski harga SOL melonjak, permintaan untuk long leverage tetap rendah. Melansir dari cointelegraph.com, hal ini terlihat dari funding rate tahunan pada kontrak perpetual futures SOL yang hanya bertahan di kisaran 8 persen jauh di bawah level bullish ideal di atas 15 persen.
Namun menurut analis, penurunan minat leverage ini justru bisa menjadi tanda bahwa akumulasi institusional lebih dominan dibanding spekulasi jangka pendek.
Data dari Strategic Solana Reserve menunjukkan bahwa beberapa perusahaan publik telah mengadopsi SOL sebagai aset cadangan treasury. Totalnya lebih dari 17 juta SOL telah dikumpulkan, senilai US$ 4,3 miliar. Berikut beberapa nama besar:
- Forward Industries (FORD): 6.82 juta SOL
- Sharps Technology (STSS): 2,14 juta SOL.
- DeFi Development Corp (DFDV): ±2 juta SOL
- Upexi Inc. (UPXI): ±2 juta SOL.
Menariknya, pendekatan ini meniru strategi Michael Saylor dari MicroStrategy (MSTR), yakni menerbitkan utang dan saham baru untuk membeli kripto sebagai aset cadangan.
Bahkan, perusahaan Helius Medical Technologies (HSDT) telah mengumumkan program treasury senilai US$ 500 juta, khusus difokuskan pada SOL.
Pasar Opsi Tunjukkan Sentimen Bullish
Jika pasar futures masih menunjukkan kehati-hatian, pasar opsi justru berkebalikan. Put-to-call premium ratio (rasio premi opsi jual terhadap beli) selama seminggu terakhir berkisar antara 14 persen hingga 57 persen, mengindikasikan opsi beli (call) jauh lebih diminati.
Sentimen positif turut diperkuat oleh langkah terbaru dari SEC Amerika Serikat yang memperkenalkan standar baru untuk mempercepat ETF kripto spot.
Setelah kesuksesan ETF berbasis Ether yang kini mengelola aset sebesar US$ 24 miliar, para pelaku pasar kini berharap giliran SOL ETF yang mendapat lampu hijau.
Selain itu, SEC juga telah menyetujui ETF multi-aset kripto pertama di Amerika Serikat, yakni Grayscale Digital Large Cap Fund (GLDC) senilai US$ 930 juta, yang mengalokasikan portofolio ke BTC, ETH, XRP, SOL dan ADA.
Meski Ethereum masih mendominasi dalam total value locked (TVL US$ 101,6 miliar), Solana menyusul di posisi kedua dengan TVL US$ 14,6 miliar, menurut DefiLlama.
Namun, SOL mencatat staking yield sebesar 6,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan ETH di 2,9 persen, angka ini bisa menjadi faktor kunci bagi investor baru yang mengejar return tinggi.
Dengan institusi terus mengakumulasi dan ETF kemungkinan besar segera meluncur, jalan menuju US$ 300 semakin terbuka. Namun, SOL tetap harus menghadapi tantangan dari:
- Peluncuran altcoin kompetitor.
- Potensi koreksi teknikal.
- Ketergantungan pada likuiditas ETF.
Jika akumulasi terus berlanjut dan aliran dana ETF mendukung, target US$ 300 bukan sekedar mimpi, melainkan target jangka pendek yang realistis.