Harga emas beberapa waktu terakhir kembali jadi sorotan. Di tengah inflasi, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian pasar, banyak orang bertanya-tanya apakah sistem uang berbasis emas masih relevan, terutama ketika inflasi kerap jadi tantangan utama bagi investor. Di sisi lain, Bitcoin sering digadang-gadang sebagai “emas digital”. Kamu mungkin penasaran, apa sebenarnya gold standard itu, mengapa pernah berjaya lalu ditinggalkan, dan bagaimana hubungannya dengan aset seperti emas dan Bitcoin hari ini. Artikel ini mengupasnya dengan bahasa yang ringan, alurnya mengalir, dan sarat informasi supaya kamu pulang membawa pemahaman yang utuh.
Apa Itu Gold Standard?
Sebelum jauh membahas dampaknya, kamu butuh landasan yang jelas. Gold standard adalah sistem moneter ketika nilai mata uang dijamin oleh sejumlah emas tertentu. Artinya, uang kertas pada masanya bisa ditukar dengan emas di bank sentral pada kurs tetap. Mekanisme ini membuat jumlah uang yang beredar bergantung pada cadangan emas suatu negara.
Konsepnya sederhana, tetapi implikasinya besar. Dengan kaitan langsung pada emas, pemerintah tidak bisa sembarangan menambah uang beredar. Inilah sebabnya gold standard sering disebut-sebut mampu meredam inflasi jangka panjang. Setelah definisi dasarnya jelas, kamu akan lebih mudah mengikuti bagaimana sistem ini lahir, berkembang, lalu akhirnya ditinggalkan.
Lahir, Berjaya, Lalu Ditinggalkan
Di abad ke-19 hingga awal abad ke-20, gold standard menjadi “bahasa bersama” dalam perdagangan internasional. Kurs antarnegara relatif stabil karena semuanya mengacu pada emas. Namun, sejarah tidak selalu mulus. Perang, depresi, dan kebutuhan fiskal yang mendesak membuat banyak negara sulit mempertahankan konvertibilitas emas.
Puncak perubahan terjadi saat Amerika Serikat menghentikan penukaran dolar ke emas pada awal 1970-an. Keputusan itu menandai berakhirnya era sistem emas global dan lahirnya era uang fiat, yaitu uang yang nilainya ditopang kebijakan dan kepercayaan, bukan komoditas fisik. Meski begitu, warisan gold standard tidak hilang begitu saja. Kita masih merasakan pengaruhnya ketika membahas inflasi, stabilitas nilai tukar, dan kepercayaan terhadap mata uang.