Jakarta – Harga Bitcoin (BTC) menutup September 2025 dengan kenaikan sekitar 5% di level USD 114.000 (Rp 1,89 miliar), melawan tren historis yang biasanya melemah. Secara historis, ketika September berakhir positif, kuartal keempat kerap diikuti reli besar rata-rata lebih dari 50%, seperti pada 2015, 2016, 2023, dan 2024.
Data Tokocrypto mencatat, sejak 2015, Oktober rata-rata mencatat kenaikan 21,8% dan November 10,8%. Jika pola ini berulang, BTC berpotensi menembus USD 150.000 (Rp 2,49 miliar) sebelum akhir 2025.
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan grafik harian BTC membentuk pola double bottom dengan target kenaikan USD 127.500, sementara pola segitiga simetris membuka peluang hingga USD 137.000. Data on-chain Glassnode menunjukkan resistensi kunci di USD 122.000 dan USD 138.000.
Faktor makro juga mendukung reli, termasuk penutupan pemerintahan AS yang mendorong investor ke aset lindung nilai. Emas mencetak rekor di atas USD 3.900 per ons, sementara Bitcoin diuntungkan sebagai alternatif. Volume perdagangan derivatif BTC melonjak dengan transaksi berjangka mendekati USD 100 miliar dalam satu hari.
Institusi besar turut aktif, dengan BlackRock mentransfer BTC senilai lebih dari USD 130 juta ke Coinbase, dipandang sebagai akumulasi untuk ETF.
Fyqieh menilai, kombinasi faktor teknikal, fundamental, dan historis menempatkan BTC pada momentum positif. “Selama bertahan di atas USD 118.000, target ke USD 122.000 hingga USD 137.000 realistis dicapai, bahkan berpotensi mendekati USD 150.000 sebelum akhir tahun,” ujarnya.
Dengan dukungan pola musiman, arus dana institusional, serta peluang pemangkasan suku bunga The Fed, kuartal keempat 2025 disebut sebagai periode paling bullish bagi Bitcoin.