Jakarta — Pasar aset kripto kembali bergejolak pada Jumat (10/10/2025) setelah kabar terbaru mengenai tarif impor Amerika Serikat (AS) memicu kepanikan di kalangan investor. Ketidakpastian perdagangan global membuat aksi jual besar-besaran terjadi di pasar kripto, dengan sejumlah altcoin anjlok dua digit hanya dalam hitungan jam.
Dikutip dari CryptoPotato, Kamis (16/10/2025), meski sebagian aset mulai pulih, sentimen negatif terhadap altcoin masih mendominasi. Namun, sejumlah analis menilai fase ketakutan ini justru bisa menjadi peluang investasi menarik bagi investor jangka menengah yang berani melawan arus.
Menurut analisis CryptoQuant, kondisi pasar yang lesu sering kali menjadi sinyal awal pembalikan tren. Data mereka menunjukkan hanya 10% altcoin di Binance yang masih bertahan di atas rata-rata pergerakan 200 hari (200 DMA), sementara 90% lainnya berada di bawah tren jangka panjang — menandakan fase kapitulasi investor akibat tekanan jual ekstrem.
Situasi seperti ini, menurut historis, kerap diikuti oleh rebound signifikan ketika tekanan jual mencapai puncaknya. CryptoQuant menyarankan investor agar fokus pada proyek dengan likuiditas tinggi dan aktivitas on-chain kuat, karena aset semacam itu cenderung pulih lebih cepat.
Pendiri Alphractal, Joao Wedson, menilai bahwa meski belum ada sinyal kuat pembalikan arah, masa tenang seperti ini bisa melahirkan altcoin unggulan baru. Namun, analis lain seperti Ted Pillows mengingatkan agar investor tidak terburu-buru mengambil posisi.
Menurutnya, kapitalisasi pasar altcoin (tanpa stablecoin) masih sekitar 20% di bawah puncaknya, dan “altseason” masih jauh dari kenyataan. Pillows menegaskan bahwa penguatan Bitcoin dan Ethereum perlu terjadi lebih dulu sebelum altcoin dapat menikmati lonjakan besar berikutnya.