Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
Menu

Funding Rate Arbitrage: Masih Cuan di 2025?

Posted on October 20, 2025

Di kalangan trader lama, istilah funding rate arbitrage dulu sempat jadi legenda. Banyak yang menyebutnya sebagai cara paling “tenang” buat tetap cuan tanpa harus nebak arah market. Selama funding rate di pasar futures masih positif, mereka bisa duduk santai sambil mengantongi pendapatan rutin setiap delapan jam. Tapi seperti halnya strategi lain di dunia trading, masa keemasan itu tidak bertahan selamanya.

Sekarang, kita sudah di 2025. Pasar lebih cepat, spread makin tipis, dan algoritma bot sudah mengambil sebagian besar peluang yang dulu bisa diambil manual. Trader ritel pun mulai bertanya-tanya, masih relevan nggak sih strategi funding rate arbitrage di era sekarang?

Untuk menjawabnya, kamu perlu melihat lebih dalam — bukan cuma dari teori cara kerja, tapi juga data terbaru, kesalahan umum yang sering bikin gagal, dan bagaimana strategi ini berevolusi seiring pasar berubah. Karena pada akhirnya, cuan dari funding rate arbitrage di 2025 bukan soal keberuntungan, tapi soal pemahaman dan disiplin.

Apa itu funding rate arbitrage
Sebelum melangkah ke teknis, kamu perlu memahami logikanya. Funding rate arbitrage adalah strategi netral pasar yang mengekstrak keuntungan dari pembayaran pendanaan pada kontrak futures kripto — instrumen turunan yang sering dipakai trader untuk melindungi posisi atau mencari peluang profit jangka pendek. Caranya, kamu membuka dua posisi berlawanan pada aset yang sama: long di pasar spot dan short di pasar futures, atau sebaliknya ketika funding rate negatif. Dengan komposisi seperti itu, risiko pergerakan harga cenderung teredam karena kerugian di satu sisi diimbangi oleh keuntungan di sisi lain. Fokusmu bukan menebak arah, melainkan mengunci arus kas dari funding rate yang dibayarkan secara berkala.

Agar definisi ini tidak sekadar konsep, bayangkan kamu memegang 1 BTC di spot lalu membuka short 1 BTC di perpetual. Jika funding rate positif, pihak long di perpetual membayar pihak short. Pembayaran itulah yang menjadi “yield” yang kamu kejar, selama eksposur harga bersih (delta) mendekati nol. Dari sini, kita bisa turun satu tingkat ke cara kerjanya secara operasional.

Cara kerja: dari konsep ke eksekusi
Setelah kamu tahu gambaran dasarnya, sekarang saatnya memahami bagaimana strategi ini benar-benar berjalan di lapangan. Banyak yang mengira funding rate arbitrage cuma soal buka dua posisi berlawanan, padahal kenyataannya jauh lebih kompleks. Setiap langkah menentukan seberapa efektif kamu bisa mengunci profit tanpa kena jebakan biaya tersembunyi.

Untuk memulai, bayangkan kamu melihat funding rate BTC di Binance berada di +0,03% per 8 jam. Angka ini berarti trader yang membuka posisi long di futures akan membayar trader yang short agar harga kontrak tetap mendekati harga spot. Dari sini, kamu bisa membuat dua posisi berlawanan dengan ukuran sama:

Beli (long) 1 BTC di pasar spot.
Jual (short) 1 BTC di pasar perpetual futures.

Dengan konfigurasi ini, kamu tidak sedang berspekulasi terhadap arah harga. Jika harga Bitcoin naik, nilai posisi spot-mu akan untung, sementara posisi futures akan rugi dalam jumlah hampir sama — prinsip yang mirip dengan strategi delta neutral yang sering dipakai untuk menjaga kestabilan portofolio. Selisih antara keduanya nyaris nol, menjadikannya posisi delta-neutral. Keuntungan utamamu justru datang dari pembayaran funding rate yang dikirim setiap delapan jam dari pihak long ke pihak short.

Namun, strategi ini bukan berarti bebas risiko. Di sinilah banyak trader lengah. Salah satu risiko utama adalah basis risk, yaitu perbedaan harga antara pasar spot dan futures. Ketika volatilitas tinggi, selisih ini bisa melebar secara signifikan, membuat posisi short di futures menurun nilainya lebih cepat daripada posisi spot-mu naik. Kalau kamu tidak menyesuaikan posisi atau menutupnya di waktu yang tepat, funding rate yang kamu kumpulkan bisa terkikis habis hanya karena spread melebar beberapa persen saja.

Selain itu, kamu juga harus memperhitungkan biaya eksekusi. Setiap transaksi — baik beli di spot maupun short di futures — memiliki fee, dan beberapa bursa mengenakan biaya tambahan untuk pembukaan posisi leverage. Misalnya, jika kamu melakukan arbitrase lintas bursa (cross-venue), kamu juga harus menghitung biaya penarikan, transfer USDT antar exchange, dan potensi perbedaan waktu pembaruan funding rate di tiap platform. Banyak yang lupa menghitung hal kecil seperti ini, padahal di strategi arbitrase, keuntungan bersih bisa sangat tipis.

Kamu juga perlu memperhatikan frekuensi pendanaan dan arah funding rate. Jika kamu short di futures saat funding rate positif, kamu menerima bayaran. Tapi ketika pasar berbalik dan funding rate menjadi negatif, arus kas itu akan berbalik arah — kamu malah yang harus membayar pihak long. Karena itu, monitoring real-time sangat penting. Trader institusi biasanya menggunakan API untuk mendeteksi perubahan funding rate lintas bursa secara otomatis, sementara trader ritel bisa menggunakan alat seperti Coinglass atau Sharpe.AI untuk melihat tren pendanaan harian.

Strategi ini memang menarik karena teorinya sederhana, tetapi penerapannya menuntut ketelitian. Tidak cukup hanya tahu kapan membuka posisi — kamu juga harus tahu kapan menutup atau rebalancing posisi, terutama saat spread antar pasar mulai melebar atau volume likuiditas menipis. Dalam dunia arbitrase, eksekusi presisi bukan kelebihan, tapi kebutuhan.

Setelah kamu memahami bagaimana mekanismenya bekerja dan risiko tersembunyi di baliknya, langkah berikutnya adalah melihat siapa saja yang berhasil menjalankan strategi ini dengan stabil, dan bagaimana mereka melakukannya secara sistematis.

Siapa saja yang pernah sukses dan kenapa
Dalam beberapa tahun terakhir, strategi ini paling sering berhasil di tangan pelaku dengan tiga bekal: modal memadai, akses eksekusi cepat, dan biaya rendah. Market maker serta quant desk biasa memanfaatkan API untuk memantau funding rate lintas bursa, mengeksekusi order seketika, lalu melakukan penyeimbangan posisi ketika spread berubah. Di tangan yang tepat, funding rate arbitrage menjadi “alat pendapatan” yang konsisten—bukan besar sekali waktu, melainkan kecil namun berulang.

Bagi trader ritel, keberhasilan juga mungkin, tetapi polanya berbeda. Mereka cenderung memilih aset paling likuid seperti BTC dan ETH, menjaga ukuran posisi agar proporsional terhadap modal, serta memfokuskan perhatian pada momen-momen ketika funding rate menyimpang dari rata-ratanya. Dengan cara ini, strategi lebih mirip maraton daripada sprint—stabil, sabar, dan disiplin.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Harga Kripto Menguat di Awal Pekan, Meski Dihantui Penjualan Besar BlackRock
  • China Tunda Rencana Ant Group dan JD.com Terbitkan Stablecoin di Hong Kong
  • Coinbase Prediksi Pasar Kripto Tetap Positif Hingga Akhir 2025
  • OJK dan IAI Terbitkan Panduan Akuntansi untuk Perkuat Transparansi Sektor Aset Kripto
  • BlackRock Jual Bitcoin Rp 4,4 Triliun, Pasar Kripto Terkejut

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • October 2025
  • September 2025
  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Alt Coin
  • Hot Crypto
  • Hot News
  • Solusi Investasi
  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme