Liputan6.com, Jakarta – Komentator konservatif Amerika Serikat Tucker Carlson kembali memicu kontroversi setelah menyebut Bitcoin sebagai “operasi rahasia CIA” dalam acara Turning Point USA pada 22 Oktober 2025.
Dikutip dari CoinMarketCap, Sabtu (25/10/2025), Carlson mengaku enggan berinvestasi di Bitcoin karena mencurigai asal-usul aset digital tersebut dan menilai ada kejanggalan pada sosok misterius Satoshi Nakamoto, yang disebut masih memegang miliaran dolar dalam bentuk Bitcoin yang belum pernah digunakan.
Pernyataan Carlson langsung memicu perdebatan di komunitas kripto global. Namun, para ahli menegaskan tudingan itu tidak berdasar, mengingat Bitcoin bersifat open source dan tidak dapat dikendalikan oleh pihak mana pun, termasuk lembaga pemerintah.
Menariknya, pernyataan sensasional tersebut tidak memengaruhi harga maupun volume perdagangan Bitcoin, yang tetap stabil. Investor masih menilai Bitcoin sebagai aset digital paling aman dan transparan di pasar kripto.
Pengamat industri menilai, teori konspirasi tentang asal-usul Bitcoin bukan hal baru. Sejak diluncurkan pada 2009, berbagai spekulasi tentang identitas Satoshi Nakamoto kerap muncul, namun belum ada bukti kuat yang mendukung klaim tersebut.
“Identitas Satoshi tidak berpengaruh terhadap keamanan jaringan Bitcoin. Justru sifat open source-nya menjadi pelindung utama,” ujar salah satu pakar kripto.
Hingga kini, pasar kripto tetap stabil, sementara minat terhadap desentralisasi dan keamanan teknologi blockchain justru terus meningkat.