Jakarta – Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengumumkan rencana untuk meluncurkan uji coba mata uang digital euro digital pada 2027, dengan peluncuran skala penuh yang ditargetkan berlangsung pada 2029, jika mendapat persetujuan dari para anggota parlemen Uni Eropa.
Mengutip Channel News Asia, Jumat (31/10/2025), langkah ini dinilai penting untuk menjaga otonomi dan ketahanan keuangan zona euro, terutama di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global. ECB memandang euro digital sebagai alternatif strategis terhadap alat pembayaran swasta yang didominasi AS seperti kartu kredit dan stablecoin.
ECB menyatakan telah melakukan empat tahun studi dan persiapan sebelum menuju fase uji coba. “Uji coba dan transaksi awal dapat dilakukan pada pertengahan tahun 2027,” tulis ECB dalam pernyataannya.
Namun, rencana tersebut bergantung pada persetujuan undang-undang euro digital oleh Parlemen Eropa, Dewan, dan Komisi Uni Eropa, yang diharapkan disahkan pada tahun depan.
Beberapa anggota parlemen dan bank swasta menilai proyek ini berisiko tinggi karena bisa menguras likuiditas perbankan dan membutuhkan biaya besar. ECB memperkirakan biaya implementasi euro digital mencapai 4–5,77 miliar euro (sekitar Rp 66–77 triliun), namun menilai ada potensi penghematan jangka panjang.
Sebelumnya, Financial Times melaporkan bahwa ECB mempertimbangkan teknologi blockchain publik seperti Ethereum dan Solana untuk mendukung euro digital, setelah Amerika Serikat mengesahkan Genius Act, yang memungkinkan penerbitan stablecoin oleh perusahaan besar.
Langkah tersebut memicu kekhawatiran Eropa terhadap dominasi dolar AS dalam aset digital. Direktur Pelaksana European Stability Mechanism, Pierre Gramegna, bahkan mendesak ECB mempercepat proyek ini demi menjaga kedaulatan moneter kawasan euro.
Meski begitu, proyek euro digital masih menuai pro dan kontra, terutama terkait isu privasi dan pengawasan transaksi digital oleh bank sentral, yang dikhawatirkan menciptakan “efek Big Brother” di kalangan masyarakat.