Jakarta — Pasar kripto global kembali melemah pada Jumat (7/11/2025). Sejumlah aset digital utama seperti Bitcoin, Ethereum, dan Solana kompak turun, mengikuti tren pelemahan pasar keuangan global.
Mengutip data Coinmarketcap, harga Bitcoin (BTC) turun 1,88 persen menjadi USD 101.557 per koin atau sekitar Rp 1,69 miliar (kurs Rp 16.700 per dolar AS). Ethereum (ETH) juga melemah 2,35 persen ke Rp 55,52 juta, sementara Binance Coin (BNB) turun 0,62 persen menjadi Rp 15,88 juta. Aset lain seperti Cardano (ADA), Solana (SOL), XRP, dan Dogecoin (DOGE) juga terjebak di zona merah.
Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global turun 2,44 persen menjadi USD 3,37 triliun, level terendah dalam empat bulan terakhir. Penurunan tajam ini disertai likuidasi aset digital lebih dari USD 2 miliar dalam dua hari terakhir akibat aksi jual besar-besaran.
Menurut CoinGecko, Bitcoin sempat menyentuh level terendah intraday di USD 99.110 dan kini telah merosot sekitar 21 persen dari puncaknya pada Oktober lalu. Para analis menilai, penguatan dolar AS dan pengetatan likuiditas global menjadi pemicu utama tekanan di pasar kripto.
“Penguatan USD menjadi pendorong utama jatuhnya harga aset berdenominasi dolar,” kata Jiehan Chen, Analis Senior di Schroders.
Sementara itu, Tim Sun dari HashKey Group menilai tekanan jual mencerminkan perubahan besar dalam perilaku investor yang kini lebih berhati-hati di tengah volatilitas tinggi. Ia memperkirakan USD 85.000 bisa menjadi level support kuat bagi Bitcoin jika tekanan berlanjut.
Selain faktor ekonomi, kekhawatiran pasar juga meningkat akibat ancaman government shutdown di AS yang diprediksi berlangsung hingga Desember dan berpotensi menjadi yang terpanjang dalam sejarah.
Di sisi lain, komunitas kripto turut diwarnai pesan reflektif dari sosok anonim bernama “Time Traveler”, yang mengingatkan agar para investor tidak terjebak dalam keserakahan di tengah gejolak pasar. Ia menekankan pentingnya melihat kekayaan sebagai alat untuk kebaikan dan bukan tujuan akhir. Pesan ini disambut luas oleh komunitas XRP, yang menilai seruan tersebut sebagai pengingat moral di tengah ketidakpastian ekonomi global.