Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
Menu

Harga Bitcoin Turun Drastis! Apakah Bisa Pulih?

Posted on November 16, 2025

Bitcoin kembali menghadapi tekanan besar setelah kembali turun di bawah $100,000 untuk ketiga kalinya dalam bulan ini. 

Pergerakan harga yang melemah ini menjadi perhatian utama para pelaku pasar, terutama karena kondisi makro global juga menunjukkan sentimen yang semakin berhati hati.

Tekanan jual yang muncul dari investor jangka panjang, sikap hawkish dari Federal Reserve, hingga sentimen negatif dari regulasi Jepang membuat suasana pasar kripto semakin tidak nyaman. 

Meskipun sempat pulih sebentar pada awal bulan, Bitcoin masih menunjukkan pola pasar yang melemah dan bergerak tanpa arah yang kuat. 

Kondisi Bitcoin Saat Ini

Pergerakan harga Bitcoin berada dalam tekanan setelah beberapa sentimen negatif muncul secara bersamaan. Dari sisi makro, komentar hawkish dari beberapa pejabat Federal Reserve membuat harapan pemangkasan suku bunga pada bulan Desember semakin berkurang.

Pelaku pasar sebelumnya memperkirakan peluang sekitar 63% untuk pemotongan suku bunga, namun kini turun menjadi sekitar 51%. Sikap ini membuat pasar global, termasuk pasar kripto, kembali mengalami ketidakpastian.

Dampaknya terlihat jelas di Asia. Jepang mengalami penurunan indeks Nikkei sebesar 1.73%, Korea Selatan turun 3%, Hong Kong melemah 1.13%, dan Australia mencatat penurunan sebesar 1.44%. 

Pelemahan pasar saham regional ini memperburuk tekanan terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin. Pada saat yang sama, Bitcoin turun ke sekitar $98,500 dan gagal mempertahankan area $100,000 yang sebelumnya menjadi acuan psikologis bagi banyak pelaku pasar.

Selain faktor makro, pasar kripto juga menghadapi tekanan dari sisi internal. Derivatives market belum pulih sepenuhnya setelah koreksi besar pada bulan Oktober yang menimbulkan likuidasi dalam jumlah besar. 

Open interest futures di Binance masih berada di sekitar $9 miliar, jauh lebih rendah dari puncak $12 miliar pada Oktober. Kondisi ini mencerminkan sikap berhati hati dari para trader yang lebih memilih menunggu kepastian pasar sebelum kembali masuk.

Sentimen negatif semakin kuat setelah muncul kabar mengenai potensi regulasi baru di Jepang yang menargetkan perusahaan pengelola treasury kripto. Lembaga seperti Japan Exchange Group dilaporkan memberikan sinyal mengenai kemungkinan pengawasan yang lebih ketat. 

Hal ini langsung memicu kekhawatiran bahwa Jepang dapat memperketat ruang gerak perusahaan kripto, sehingga memberi tekanan tambahan pada aset digital.

Di sisi lain, data on chain menunjukkan bahwa kelompok investor jangka panjang mulai mempercepat aktivitas jual. 

Kelompok long term holders adalah investor yang menyimpan Bitcoin lebih dari 155 hari tanpa transaksi. Biasanya kelompok ini jarang melepas kepemilikan kecuali pada momen tertentu ketika mereka ingin mengamankan keuntungan. 

Data terbaru dari Glassnode menunjukkan bahwa kelompok ini sedang terus mengurangi jumlah kepemilikan mereka. Dalam siklus sebelumnya, pola ini pernah muncul saat kenaikan signifikan di tahun 2024, dan kini pola serupa terlihat kembali.

Ketika long term holders melakukan distribusi, pasar membutuhkan permintaan baru yang cukup besar untuk menahan tekanan tersebut. 

Namun saat ini permintaan baru terlihat terbatas, membuat harga Bitcoin lebih sensitif terhadap pergerakan negatif. Kondisi ini selaras dengan pola yang juga diamati oleh beberapa analis pasar yang melihat adanya fase pasar yang melemah karena respons Bitcoin terhadap penguatan pasar saham Amerika Serikat sangat terbatas.

Analisis Harga Bitcoin

Analisis pergerakan harga Bitcoin saat ini menunjukkan gambaran pasar yang penuh tekanan. Penurunan ke bawah $100,000 diikuti dengan pelemahan lanjutan menuju $98,000 hingga $98,500 memperlihatkan bahwa pasar belum menemukan arah yang jelas.

Dengan minimnya sentimen positif, Bitcoin lebih mudah terdorong ke bawah dibandingkan menarik minat beli yang baru.

Beberapa perusahaan analisis seperti Wintermute melihat pola menarik yang menyerupai fase akhir koreksi pada tahun 2022. 

Pada periode tersebut Bitcoin cenderung bereaksi lebih kuat terhadap pelemahan pasar saham namun kurang merespons penguatan pasar. Pola yang sama kini terlihat kembali. 

Korelasi Bitcoin terhadap indeks Nasdaq berada di sekitar 0.8, menunjukkan hubungan yang kuat namun tidak seimbang. Ketika Nasdaq menguat, Bitcoin tidak bergerak banyak. 

Namun ketika Nasdaq melemah, Bitcoin mengalami tekanan yang lebih besar. Pola ini menunjukkan adanya ketidakmampuan pasar untuk mendorong apresiasi harga secara konsisten.

Dalam kondisi seperti ini, peluang untuk penguatan masih terbatas. Bitcoin membutuhkan sentimen positif atau masuknya modal baru yang signifikan untuk memberikan dorongan. 

Saat ini belum ada tanda tanda kuat untuk hal tersebut. Investor besar cenderung menunggu data ekonomi Amerika Serikat, termasuk penjualan ritel, inflasi, dan arah kebijakan Federal Reserve. Selama belum ada kepastian, pasar akan cenderung bergerak hati hati.

Jika tekanan terus berlanjut, batas bawah harga berikutnya diperkirakan berada di sekitar $93,400.

Area ini menjadi perhatian banyak analis karena menjadi wilayah yang dinilai cukup kuat sebagai tempat terjadinya potensi penyeimbangan antara permintaan dan penawaran. 

Namun perlu dicatat bahwa kondisi makro menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi arah pasar saat ini. 

Apabila Federal Reserve memberi sinyal lebih jelas mengenai masa depan suku bunga dan inflasi mulai menunjukkan perlambatan, pasar dapat memulai fase pemulihan secara bertahap.

Tekanan tambahan datang dari meningkatnya penjualan investor jangka panjang seperti yang terlihat pada data Glassnode. 

Pola distribusi yang meningkat menunjukkan bahwa sebagian pelaku pasar menilai situasi saat ini sebagai kesempatan untuk mengambil keuntungan sebelum potensi koreksi lanjutan. 

Dalam kondisi seperti ini, pasar membutuhkan permintaan baru yang cukup kuat untuk menahan laju koreksi harga. Namun selama permintaan masih terbatas, risiko penurunan menuju batas bawah harga berikutnya tetap terbuka.

Meski begitu, beberapa analis berpendapat bahwa pola asimetris seperti ini sering muncul ketika pasar sedang berada mendekati akhir fase koreksi. Artinya tekanan yang terjadi sekarang bisa menjadi bagian dari proses pembentukan dasar harga baru. 

Namun hal ini tidak berarti bahwa pemulihan akan terjadi dengan cepat. Pasar membutuhkan waktu untuk kembali menumbuhkan kepercayaan dan mengumpulkan momentum baru.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Bitcoin atau Ethereum, Mana yang Lebih Aman dari Inflasi di Masa Depan?
  • Punya Rp8 Juta Nganggur? XRP Bisa Jadi Pilihan Kripto Terbaik Saat Ini!
  • Ini Dia 3 Altcoin Terpanas Selain XRP Jelang Pergantian Tahun 2025!
  • Wajib Tahu! Ini 3 Drama Besar Kripto Minggu Ini yang Bikin Geger
  • 3 Alasan Ethereum (ETH) Layak Dilirik Jelang Upgrade Fusaka di Akhir Tahun

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • November 2025
  • October 2025
  • September 2025
  • August 2025
  • July 2025
  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Alt Coin
  • Hot Crypto
  • Hot News
  • Solusi Investasi
  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme