Jakarta – Pasar kripto kembali dilanda gejolak hebat. Bitcoin (BTC) ambruk lebih dari 30% dari rekor tertingginya, sementara Ether (ETH) turun lebih dari 40%. Koreksi tajam ini dipicu kekhawatiran terhadap kebijakan suku bunga The Federal Reserve yang dikhawatirkan memperlambat ekonomi Amerika Serikat.
Dikutip dari coinmarketcap, Jumat (21/11/2025), volatilitas tinggi membuat analis mencoba memetakan potensi titik terendah BTC. Kepala Riset Bitwise Eropa, André Dragosch, menyebut dua level dasar institusional sebagai acuan:
- USD 84.000 (biaya dasar BlackRock iShares Bitcoin Trust / IBIT)
- USD 73.000 (biaya dasar akumulasi Bitcoin MicroStrategy)
Dragosch menilai “max pain point” kemungkinan terjadi jika BTC menembus salah satu dari dua level tersebut. Kondisi ini bisa memicu tekanan lebih dalam terhadap pasar.
Kekhawatiran investor sudah terlihat dari keluarnya dana besar-besaran dari ETF Bitcoin. IBIT mencatat outflow harian mencapai USD 523 juta, salah satu yang terbesar sepanjang tahun.
Dragosch menyebut level-level harga tersebut sebagai “fire sale prices”, yang dapat menjadi momen reset siklus pasar kripto. Meski demikian, sejumlah analis tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang BTC.
Matt Hougan, CIO Bitwise, menegaskan bahwa volatilitas saat ini tidak mengubah nilai inti Bitcoin sebagai aset penyimpan kekayaan digital tanpa kontrol terpusat.
Dengan harga BTC kini bergerak di area sensitif antara level institusional besar, masa depan pasar kripto sangat bergantung pada arah kebijakan ekonomi AS, terutama keputusan suku bunga The Fed. Investor diimbau tetap berhati-hati karena volatilitas diperkirakan masih akan berlanjut.