Bitcoin mencatat kinerja terburuk di Q4 2025 sejak 2018, dengan penurunan sekitar 23,8%.
Koreksi ini terjadi bukan karena minat pasar melemah, melainkan akibat leverage yang terlalu cepat jenuh setelah harga mencetak rekor tertinggi pada Oktober.
Berbeda dari pola historis yang biasanya kuat di akhir tahun, pergerakan Bitcoin justru berbalik arah. Volatilitas meningkat, reli dijual, dan struktur pasar berubah dari ekspansi menjadi defensif.
Mengapa Q4 2025 Menjadi Anomali
Secara historis, Q4 adalah periode paling bullish bagi Bitcoin dengan rata-rata imbal hasil sekitar 77%.
Namun, Q4 2025 justru menjadi outlier ekstrem yang tak kalah buruk dari kejatuhan Q4 2018.
Konteksnya penting. Bitcoin mencapai all-time high sekitar AS $126.000 pada Oktober, jauh lebih awal dari pola siklus sebelumnya.
Lonjakan ini diiringi funding rate tinggi, posisi derivatif agresif, dan kepadatan posisi long.
Saat momentum melambat, aksi ambil untung dan likuidasi paksa memicu tekanan berlapis. Artinya, pasar terkoreksi karena posisi terlalu berat, bukan karena pembeli menghilang.
Struktur Harga dan Zona Kritis Bitcoin
Memasuki akhir 2025, Bitcoin bergerak dalam fase konsolidasi tertekan, bukan pemulihan. Harga kini bertahan di area permintaan penting sekitar AS $84.000 hingga $86.000.
Bitcoin juga masih diperdagangkan di bawah Bull Market Support Band, menandakan momentum bullish belum kembali.
Volume transaksi cenderung lemah, sementara Chaikin Money Flow (CMF) negatif menunjukkan arus modal masih keluar.
Struktur ini menggambarkan jeda pasca-reset leverage. Pasar belum siap naik agresif, tetapi juga belum menunjukkan tanda kerusakan struktural.