Jakarta — Otoritas hukum India menangkap mantan agen layanan pelanggan Coinbase di Hyderabad terkait kasus pelanggaran data pengguna yang terungkap pada Mei 2025. Informasi penangkapan tersebut disampaikan CEO Coinbase Brian Armstrong melalui platform X pada Kamis (25/12/2025).
Armstrong menegaskan perusahaan tidak menoleransi pelanggaran etik dan terus bekerja sama dengan aparat penegak hukum. Ia menyebut masih ada tersangka lain yang tengah diburu dalam kasus yang sama.
Kasus kebocoran data ini bermula sejak Desember 2024, ketika pelaku kejahatan siber menyuap agen layanan pelanggan di luar negeri untuk memperoleh data sensitif pengguna, termasuk nama, alamat, nomor telepon, dan identitas resmi. Coinbase melaporkan sedikitnya 69.461 pengguna terdampak.
Perusahaan menolak permintaan tebusan sebesar USD 20 juta dari pelaku, dan justru menawarkan imbalan serupa untuk informasi yang membantu proses investigasi. Laporan investigasi menemukan dugaan keterlibatan dua karyawan perusahaan alih daya TaskUs yang disebut menjadi bagian dari kampanye kejahatan terkoordinasi.
Coinbase mengungkapkan total biaya penanganan insiden mencapai USD 307 juta, mencakup kompensasi pelanggan dan peningkatan sistem keamanan. Perusahaan juga menghadapi gugatan class action dari pemegang saham terkait dugaan keterlambatan pengungkapan insiden. pulsaslot
Penangkapan terbaru ini dilakukan sepekan setelah jaksa Brooklyn mendakwa Ronald Spektor (23) dalam kasus phishing terpisah yang merugikan sekitar 100 pengguna Coinbase dengan nilai kerugian USD 16 juta.
Di tengah proses hukum, Coinbase tetap melanjutkan ekspansinya di India. Setelah kembali membuka akses aplikasi dan mendaftar pada Unit Intelijen Keuangan (FIU), perusahaan berencana membuka akses fiat pada 2026 serta memperkuat tim lokal, meski masih menghadapi tantangan regulasi dan pajak kripto yang ketat di negara tersebut.