Jakarta — Penulis buku keuangan terkenal Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, kembali menyuarakan pandangan kritis terhadap mata uang fiat setelah harga perak menembus level USD 70 per ons. Menurutnya, kenaikan tersebut merupakan kabar baik bagi investor logam mulia, namun peringatan serius bagi masyarakat yang menyimpan aset dalam bentuk uang tunai.
Kiyosaki menilai lonjakan harga perak dapat menjadi sinyal awal potensi hiperinflasi dalam lima tahun ke depan, seiring kebijakan pelonggaran moneter dan pemotongan suku bunga yang disebutnya mendorong “pencetakan uang” secara agresif. Ia bahkan memprediksi harga perak bisa mencapai USD 200 pada 2026.
Dalam pandangannya, ketika kepercayaan terhadap mata uang kertas melemah, masyarakat cenderung beralih kepada aset yang tidak dapat dicetak seperti emas, perak, serta aset kripto. Kiyosaki menyebut kebijakan bank sentral, termasuk Quantitative Easing (QE), sebagai pemicu utama apa yang ia sebut sebagai “perdagangan hiperinflasi”.
Meski perak tengah menjadi sorotan, Kiyosaki tetap memasukkan Bitcoin dan Ethereum dalam strategi defensifnya. Ia menyarankan investor memperkuat kepemilikan pada emas, perak, Bitcoin, dan Ethereum sebagai lindung nilai terhadap penurunan nilai uang.
Dalam jangka lima tahun terakhir, Bitcoin dinilai masih memberikan imbal hasil lebih tinggi dibanding perak, meski logam mulia tersebut juga mencatat pertumbuhan signifikan hingga sekitar 200%. Perak baru-baru ini mencapai rekor mendekati USD 79,70 per ons, didorong sentimen inflasi, risiko geopolitik, dan ekspektasi pemotongan suku bunga. okeslot.com
Sebelumnya, Kiyosaki juga memproyeksikan Bitcoin berpotensi melesat hingga USD 250.000 pada 2026, disertai target agresif untuk emas, perak, dan Ethereum. Namun ia tetap memperingatkan potensi “kehancuran besar” di pasar, dan menekankan pentingnya membangun kekayaan di tengah situasi ketidakpastian ekonomi global.