Jakarta — Para analis dan pakar industri kripto memandang prospek pasar 2026 dengan sikap lebih hati-hati dibanding tahun sebelumnya, seiring melemahnya kinerja aset digital pada kuartal akhir 2025. Meski sebagian masih meyakini Bitcoin (BTC) berpotensi melampaui rekor tertinggi Oktober 2025 di kisaran USD 126.000, fokus pasar kini bergeser dari sekadar valuasi token menuju teknologi dan utilitas blockchain.
Salah satu tema utama yang diprediksi mendominasi adalah integrasi kecerdasan buatan terdesentralisasi (DeAI). Pendiri Akash, Greg Osuri, menilai DeAI akan menjadi sorotan pada 2026 sebagai solusi atas krisis energi yang dipicu model AI terpusat. Menurutnya, keterbatasan skalabilitas LLM terpusat akan mendorong industri beralih ke jaringan terdesentralisasi.
Osuri juga memperkirakan meningkatnya kebutuhan privasi dan anonimitas di tengah ketegangan geopolitik, serta munculnya tren “User-Generated AI” untuk memastikan keaslian data berbasis blockchain. Selain itu, konsep “Physical AI” atau robotik berbasis AI diprediksi memasuki arus utama dan mengalami “momen ChatGPT” pada 2026.
CEO FLock.io, Jiahao Sun, menambahkan 2026 berpotensi menjadi era “Auditable Intelligence”, di mana pasar menuntut AI yang dapat diverifikasi dari sisi privasi dan asal-usul data.
Di sisi lain, sejumlah analis menilai Bitcoin memasuki fase konsolidasi. Matthew Sigel dari VanEck menyebut sinyal BTC masih “campuran namun konstruktif”, sementara Alex Thorn dari Galaxy Digital menilai Bitcoin kini lebih menyerupai aset makro matang dibanding aset spekulatif. Partisipasi institusional, termasuk ETF, dipandang membantu menekan volatilitas.
Meski demikian, sebagian pakar memperingatkan valuasi sektor teknologi dan AI yang dinilai mulai mahal. Charlie Morris dari ByteTree menilai kondisi ini berpotensi memicu koreksi yang juga berdampak pada Bitcoin.
Untuk 2026, para analis memprediksi fokus investor akan bergeser ke proyek blockchain dengan kegunaan nyata. Santiago Roel Santos menilai banyak jaringan Layer-1 berisiko tertinggal karena lemahnya permintaan di lapisan dasar, sementara Layer-2 dan aplikasi on-chain dinilai lebih prospektif berkat kedekatan pada aktivitas ekonomi dan pendapatan berulang, terutama di sektor stablecoin dan perdagangan perpetual. wwbola
Sektor tokenisasi aset dunia nyata, kredit on-chain, fixed income terdesentralisasi, hingga infrastruktur fisik berbasis blockchain disebut berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru. Menurut Sid Powell dari Maple Finance, siklus saat ini lebih sehat karena didukung permintaan institusional yang berkualitas dan aliran pendapatan nyata dari sektor utilitas jaringan.