Astana, 26 Mei 2025 – Bank Sentral Kazakhstan mengungkapkan bahwa sekitar USD 15 miliar atau setara Rp 243,9 triliun dalam bentuk mata uang kripto telah mengalir ke luar negeri akibat ketiadaan regulasi yang jelas di sektor aset digital.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Bank Sentral Kazakhstan, Berik Sholpankulov, saat otoritas keuangan setempat tengah bersiap menyusun aturan komprehensif untuk mengatur investasi dan perdagangan kripto. Sholpankulov menekankan bahwa kekosongan hukum saat ini menjadi tantangan serius bagi keamanan investor.
“Faktanya adalah regulasi administratif dan hukum tidak terstruktur secara memadai sehingga warga negara dapat berinvestasi dengan aman,” ujar Sholpankulov dalam wawancara yang dikutip Kazinform.
Sebagai langkah responsif, regulator sedang mengembangkan sistem pengawasan aset digital yang lebih menyeluruh, termasuk penindakan pidana dan administratif terhadap aliran dana kripto ilegal ke luar negeri. Kazakhstan juga tengah membangun sistem berbasis teknologi untuk pelacakan transaksi kripto, yang nantinya akan memungkinkan identifikasi pihak-pihak terlibat secara “nama per nama”.
Kazakhstan menjadi sorotan dunia kripto sejak perusahaan-perusahaan tambang digital bermigrasi ke negara tersebut menyusul pelarangan tambang kripto di Tiongkok. Meski demikian, lemahnya regulasi membuat banyak penambang menjual hasil tambangnya ke luar negeri, menghindari kewajiban untuk memasarkan 75% produksinya melalui bursa resmi di Astana International Financial Centre (AIFC).
Pemerintah mengakui bahwa pada 2023, lebih dari 91% transaksi kripto senilai USD 4,1 miliar terjadi di pasar gelap. Meski demikian, Kazakhstan telah mengumpulkan USD 35 juta dari pajak sektor penambangan kripto dalam tiga tahun terakhir, menurut Wakil Menteri Pengembangan Digital, Kanysh Tuleushin.
Untuk memperbaiki situasi ini, Bank Nasional Kazakhstan kini tengah merancang amandemen undang-undang untuk mengatur pasar kripto secara menyeluruh, termasuk pemberian lisensi bagi bursa kripto yang beroperasi di luar AIFC.