Pedagang Bitcoin memantau dengan saksama pola sentimen karena prediksi media sosial mengungkap sinyal swing trading utama. Menurut Santiment, firma analisis kripto terkemuka, perilaku kerumunan ritel sering kali menandakan kebalikan dari realitas pasar. Dari Maret hingga Juni, Bitcoin tidak pernah turun di bawah $70.000 atau melampaui $120.000 — meskipun ada obrolan yang memprediksi kedua ekstrem tersebut.
Pedagang eceran sering mengekspresikan emosi melalui diskusi daring , yang menciptakan perbedaan yang jelas dari pergerakan harga yang sebenarnya. Grafik Santiment menunjukkan bahwa prediksi harga antara $30.000–$70.000 dan $120.000–$160.000 mendominasi narasi ritel selama momen pasar yang kritis. Oleh karena itu, pedagang yang menggunakan data volume sosial ini dapat mengantisipasi titik balik dengan lebih baik.
Pada tanggal 7–9 April, terjadi perbincangan besar-besaran di kalangan ritel yang menyerukan agar Bitcoin jatuh ke $30.000–$70.000. Akibatnya, Bitcoin mencapai titik terendah mendekati $60.000. Santiment menyebut periode ini sebagai “Waktu Pembelian Jangka Panjang yang Ideal,” yang menyoroti bagaimana ketakutan mendorong aksi jual yang diserap oleh para paus. Yang penting, pola ini terulang selama tanggal 4–6 Juni ketika BTC turun ke $101.000. Permintaan harga yang lebih rendah melonjak lagi tepat sebelum rebound.
Selain itu, antusiasme ritel kembali muncul selama pemulihan pasar. Tanggal 8–9 Mei menampilkan permintaan moderat untuk BTC senilai $120.000–$160.000, bahkan saat harga diperdagangkan sekitar $100.000. Namun, optimisme ini mendahului penolakan harga lainnya. Lonjakan sentimen yang lebih tajam muncul pada tanggal 21–22 Mei saat Bitcoin mendekati $110.000. Massa kembali meramalkan rekor tertinggi baru dan sekali lagi, pasar terkoreksi.