Pasar saham Amerika Serikat mencatat kerugian drastis sebesar US$11 triliun sejak 19 Februari. Kerugian ini melonjak tajam pada 4 April seiring meningkatnya kekhawatiran pasar atas kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang dinilai sangat agresif.
Kerugian pasar dalam satu hari mencapai US$3,25 triliun. Angka tersebut bahkan melebihi total valuasi pasar cryptocurrency global yang tercatat sebesar US$2,68 triliun pada waktu itu.
Di antara jajaran perusahaan teknologi besar yang dikenal sebagai “Magnificent 7”, Tesla mengalami penurunan paling tajam dengan koreksi sebesar 10,42%. Nvidia dan Apple juga mencatatkan pelemahan signifikan masing-masing sebesar 7,36% dan 7,29% berdasarkan data dari TradingView.
Nasdaq 100 Turun 6%, Resmi Masuk Wilayah Bear Market akibat Aksi Jual Besar-besaran
Aksi jual besar-besaran membuat indeks Nasdaq 100 jatuh 6% dalam satu hari dan secara resmi masuk ke zona bear market.
The Kobeissi Letter, sebuah platform analisis keuangan, menyebut tanggal 4 April sebagai hari terburuk bagi saham Amerika Serikat sejak Maret 2020.
“Saham Amerika Serikat kini telah kehilangan nilai sebesar US$11 triliun sejak 19 Februari,” ujar Kobeissi dalam unggahannya di platform X. Ia menambahkan bahwa peluang terjadinya resesi saat ini telah melampaui angka 60%.
Platform tersebut menyebut pengumuman kebijakan tarif oleh Trump pada 2 April sebagai langkah “bersejarah” dan memperingatkan bahwa jika kebijakan ini terus berlangsung, potensi resesi akan semakin sulit dihindari.
Perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Trump menetapkan tarif dasar sebesar 10% untuk semua barang impor, serta memperkenalkan skema tarif timbal balik sebagai upaya mengatasi ketimpangan perdagangan internasional.
Trump menyatakan bahwa kebijakan tersebut ditujukan untuk menanggapi tarif tidak seimbang yang diberlakukan negara lain terhadap ekspor Amerika Serikat.
Sementara Pasar Tradisional Terpuruk, Bitcoin Menunjukkan Ketahanan yang Solid
Saat pasar saham mengalami tekanan berat, Bitcoin justru menunjukkan stabilitas yang mencolok. Pada saat artikel ini dipublikasikan, harga Bitcoin tercatat di kisaran US$83.749, hanya turun 0,16% dalam sepekan terakhir menurut data CoinMarketCap.
Beberapa pelaku pasar melihat stabilitas Bitcoin sebagai alat lindung nilai terhadap gejolak makroekonomi yang meningkat.
“Bitcoin tampaknya sama sekali tidak terpengaruh oleh perang tarif dan kejatuhan pasar,” ujar analis teknikal Urkel. Bahkan para skeptis crypto jangka panjang mulai memperhatikan performa aset ini.
“Saya dulu sangat menentang Bitcoin,” akui komentator pasar saham Dividend Hero, “tetapi melihatnya tetap stabil saat saham runtuh membuat saya mulai tertarik.”
Administrasi Trump Diduga Manipulasi Pasar Saham demi Tekan Suku Bunga: Anthony Pompliano
Pada bulan lalu, komentator Bitcoin Anthony Pompliano menyatakan bahwa administrasi Trump kemungkinan sengaja menciptakan kekacauan di pasar sebagai strategi untuk menekan Ketua Federal Reserve Jerome Powell agar menurunkan suku bunga.
Pompliano menduga Presiden Donald Trump bersama Menteri Keuangan Scott Bessent tengah mencoba menjatuhkan harga aset agar memaksa The Fed mengambil langkah pemangkasan suku bunga.
Pendiri dan CEO Professional Capital Management sekaligus pembawa acara The Pomp Podcast tersebut menilai penurunan suku bunga sangat krusial guna menghindari kebutuhan untuk melakukan refinancing atas utang pemerintah Amerika Serikat senilai US$7 triliun yang akan jatuh tempo.
“Trump dan timnya sengaja membuat pasar runtuh,” tulisnya. “Apakah ini rencana besar atau justru kehancuran yang tidak terkendali?”
Teori ini muncul di tengah sikap Federal Reserve yang menolak untuk menurunkan suku bunga meski Trump terus mendesak penurunan biaya pinjaman.
Pada Januari lalu, The Fed memilih mempertahankan suku bunga di level 4,25% hingga 4,5% sebagai bentuk kehati-hatian di tengah tekanan inflasi yang masih berlangsung.