
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat pada awal pekan mendatang, didorong oleh meredanya ketegangan geopolitik dan rotasi sektoral menuju saham industri serta energi. Analis pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menyebutkan bahwa prospek penguatan ini didukung kombinasi sentimen makroekonomi global yang membaik dan penguatan rupiah.
Penurunan tekanan geopolitik di Timur Tengah setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran meningkatkan minat risiko investor terhadap aset di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Sentimen juga didorong oleh spekulasi calon Presiden AS, Donald Trump, akan mengganti Ketua The Fed, Jerome Powell, yang membuat dolar AS melemah dan rupiah terapresiasi ke Rp16.199 per dolar AS.
Hendra menambahkan, pasar kini menanti data PCE Price Index AS yang dapat menjadi katalis utama IHSG. Jika inflasi AS tetap moderat, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed akan meningkat, sehingga aset berisiko seperti saham emerging market kembali diminati.
Secara teknikal, IHSG menguat 0,96% ke level 6.897 dengan nilai transaksi Rp14,85 triliun. Level support kuat berada di 6.840 dan resistance kunci di 6.956, yang jika ditembus bisa membuka jalan ke level 7.000. Rotasi sektoral mulai terlihat dengan penguatan saham basic industry dan consumer cyclicals seperti ANTM, ENRG, dan BRPT.
Selain itu, tiga saham yang menjadi sorotan adalah PGEO, MBMA, dan TPIA, yang mendapat katalis positif dari kemitraan strategis dengan INA dan Danantara. PGEO mengembangkan kapasitas panas bumi hingga 3.000 MW, MBMA memperkuat posisi di rantai pasok baterai kendaraan listrik melalui proyek HPAL, dan TPIA menggarap proyek Chlor-Alkali dan EDC senilai USD 800 juta.
Hendra menilai kombinasi sentimen positif global, fundamental pertumbuhan, dan agenda hilirisasi membuat saham-saham tersebut berpotensi memimpin akumulasi pasar berikutnya, mendukung penguatan IHSG ke depan.