
Harga Bitcoin (BTC) kembali mencetak rekor tertinggi dengan menembus level $122.000 atau sekitar Rp1,98 miliar. Lonjakan ini terjadi setelah sebelumnya bergerak stagnan di kisaran $118.000 dan kini dipicu oleh kombinasi faktor makro dan teknikal.
Dikutip dari TronWeekly, ketidakpastian di pasar tradisional akibat kebijakan tarif 30% dari Presiden AS Donald Trump terhadap impor Uni Eropa dan Meksiko mendorong aliran dana ke aset lindung nilai seperti Bitcoin. Dukungan tambahan datang dari meningkatnya dana masuk melalui ETF dan lonjakan aktivitas on-chain.
Dalam 24 jam terakhir (14 Juli), data Coinglass mencatat likuidasi posisi short senilai $459 juta, sementara volume perdagangan melonjak 143,23%. Open interest juga naik 7,28% menjadi $89,38 miliar, mencerminkan partisipasi trader yang tinggi dan sentimen bullish yang kuat.
Meski aksi beli terus berlangsung, funding rate BTC tetap rendah di 0,0075%, menandakan reli masih sehat dan belum terlalu jenuh beli. Analis Ali Martinez memprediksi zona resistensi berikutnya akan berada di sekitar $127.000 atau Rp2,067 miliar berdasarkan indikator MVRV pricing bands.
Dari sisi teknikal, momentum menguat. Indikator MACD menunjukkan bullish crossover, sementara RSI berada di level overbought 85,86. Hal ini memperkuat kemungkinan reli berlanjut, meski potensi koreksi jangka pendek tetap perlu diwaspadai.
Dengan meningkatnya volume dan keterlibatan institusi maupun ritel, target psikologis Rp2 miliar kini tampak semakin realistis dalam waktu dekat.