Jakarta: Harga bitcoin kembali mencetak sejarah dengan menembus USD123 ribu untuk pertama kalinya pada 14 Juli 2025. Lonjakan ini mendorong kapitalisasi pasar bitcoin mencapai USD3,67 triliun, menjadikannya salah satu aset paling bernilai di dunia, menggeser Google dan menempati posisi keenam global.
Kenaikan harga bitcoin ini dipicu oleh kombinasi arus masuk besar ke ETF Bitcoin, peningkatan minat institusi, serta ekspektasi regulasi yang lebih jelas di Amerika Serikat (AS).
Menurut Farside Investors, ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus masuk USD1,17 miliar dalam satu hari, menjadikannya arus masuk harian terbesar kedua sepanjang sejarah ETF kripto. BlackRock memimpin dengan iShares Bitcoin Trust (IBIT) senilai USD448 juta, disusul Wise Origin Bitcoin Fund milik Fidelity sebesar USD324 juta. Total dana yang terkumpul di ETF Bitcoin spot kini melampaui USD50 miliar.
“Saat ini, ETF Bitcoin dapat membeli bitcoin dalam jumlah sangat besar, sedangkan bitcoin yang ditambang jumlahnya sedikit. Penambang hanya bisa menghasilkan puluhan juta dolar per hari, tapi ETF bisa beli lebih dari USD1 miliar dalam satu hari,” ungkap Vice President Indodax Antony Kusuma dikutip dari siaran pers, Selasa, 15 Juli 2025.
“Jika permintaan jauh lebih besar daripada pasokan, wajar kalau harga terus naik dan mencetak rekor baru,” tambah dia.
Menurut Antony, fenomena ini menunjukkan pasar kripto kini bukan hanya arena investor ritel. “Yang lebih menarik, ini bukan lagi soal investor kecil yang ikut tren. Sekarang pemain besar seperti BlackRock dan Fidelity masuk dengan dana triliunan rupiah kalau dikonversi,” papar Antony.
“Dengan adanya ETF, mereka tidak perlu lagi repot menyimpan bitcoin atau ether sendiri. Cukup beli ETF seperti beli saham, dan ini membuat kripto jadi bagian dari pasar keuangan utama, bukan lagi dianggap eksperimen,” sambung dia.