Jakarta, 25 Juli 2025 – Miliarder Michael Saylor kembali menjadi sorotan setelah melalui perusahaan induknya, Strategy, meluncurkan jenis saham preferen baru bernama “Stretch”. Penawaran saham ini awalnya ditargetkan sebesar USD 500 juta, namun kemudian melonjak drastis menjadi USD 2,8 miliar atau sekitar Rp 45,64 triliun (kurs Rp 16.300).
Saham preferen Stretch menjanjikan dividen tahunan 9% tanpa tanggal jatuh tempo, sebuah pendekatan yang tidak biasa dalam dunia keuangan. Setiap bulan, Strategy akan menyesuaikan dividen agar harga saham tetap mendekati USD 100, dengan penawaran awal di harga USD 90 per saham.
Strategi ini menambah lapisan baru pada struktur modal Strategy yang sudah kompleks, melibatkan instrumen sebelumnya seperti Strike, Stride, dan Strife. Saham Stretch menempati posisi di atas saham biasa dan preferen lain, namun di bawah obligasi konversi.
Langkah ini merupakan bagian dari misi besar Saylor untuk mengumpulkan dana sebanyak mungkin demi membeli Bitcoin sebanyak mungkin, yang kini sudah mencapai 600.000 koin atau setara USD 70 miliar (Rp 1.141 kuadriliun).
Menurut Profesor Campbell Harvey dari Duke University, Saylor memanfaatkan nilai pasar Strategy yang tinggi untuk terus menggalang dana, mengubah bekas MicroStrategy menjadi kekuatan finansial baru yang berfokus pada kripto.
Meskipun nilai saham Strategy sempat naik 0,5% minggu ini dan 43% sepanjang 2025, ada indikasi awal bahwa taktik ini mungkin mulai mengalami penurunan hasil seiring fluktuasi nilai Bitcoin. Namun, permintaan terhadap saham Stretch tetap tinggi, terutama di kalangan investor ritel yang mengidolakan Saylor.
Dengan struktur dividen yang fleksibel dan strategi agresif, Saylor sekali lagi menunjukkan kepiawaiannya dalam menggabungkan inovasi keuangan dan investasi kripto berskala besar.