Jakarta, 6 Agustus 2025 – Dunia kripto dikejutkan oleh laporan terbaru Arkham Intelligence yang mengungkap peretasan besar-besaran terhadap Lubian, perusahaan tambang Bitcoin asal China. Peristiwa yang terjadi pada Desember 2020 ini disebut sebagai salah satu peretasan terbesar dalam sejarah kripto, dengan total 127.426 Bitcoin (BTC) dicuri—senilai lebih dari USD 14,5 miliar berdasarkan harga saat ini.
Pada saat kejadian, nilai kerugian diperkirakan USD 3,5 miliar, namun baru diketahui luas oleh publik pada Agustus 2025 melalui laporan Arkham. Lubian sebelumnya merupakan pemain besar yang menguasai sekitar 6% dari total hashrate Bitcoin global, beroperasi di China dan Iran.
Lubian tidak pernah mengumumkan peretasan ini secara publik, dan upaya penyelamatan dana dilakukan secara diam-diam, termasuk memindahkan sisa aset ke dompet aman dan mengirimkan 1.516 pesan on-chain kepada peretas dalam bentuk transaksi, berharap bisa membuka negosiasi.
Arkham mengungkap bahwa penyebab peretasan kemungkinan besar adalah kelemahan dalam sistem pembangkitan kunci privat dan manajemen cold wallet yang buruk, memungkinkan peretas masuk melalui teknik brute-force attack.
Hingga kini, peretas Lubian belum teridentifikasi namun tercatat sebagai pemilik Bitcoin terbesar ke-13 di dunia, menyaingi kasus peretasan Mt. Gox pada 2014. Aktivitas terbaru dompet peretas terpantau pada Juli 2024, saat mereka mengonsolidasikan BTC ke satu alamat besar.
Pengungkapan ini menjadi peringatan keras bagi industri kripto, menyoroti pentingnya transparansi dan keamanan sistem dalam pengelolaan aset digital berskala besar.