Jakarta – Ungkapan “Sell in May and go away” yang kerap muncul di pasar keuangan tampaknya tak berlaku bagi Bitcoin di tahun ini. Sejumlah sentimen positif mendorong prospek apresiasi harga kripto terbesar di dunia tersebut selama bulan Mei 2025.
Dilansir dari crypto.news, pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyatakan kesiapan mencapai kesepakatan dagang serta dukungannya terhadap Ketua The Fed Jerome Powell menjadi pemicu sentimen pasar yang membaik. Powell sebelumnya menegaskan bahwa suku bunga tidak akan dipotong sebelum inflasi mendekati target 2%.
Bitcoin pun kembali dipandang sebagai aset lindung nilai di tengah meningkatnya risiko global. Meski performanya masih tertinggal dibanding emas, Bitcoin berhasil mengungguli indeks saham Amerika Serikat.
Secara historis, performa rata-rata Bitcoin pada bulan Mei berada di angka 7,94% sejak 2013 hingga 2024, dengan median 3,17%. Dari 12 kali bulan Mei, enam di antaranya ditutup di zona hijau.
Analis memperkirakan tren positif ini akan berlanjut, didukung oleh peningkatan pasokan uang M2 dan permintaan institusional yang kuat. Inflow ke ETF Bitcoin Spot tercatat meningkat selama delapan hari berturut-turut dari 17–29 April 2025, dengan nilai total sekitar US$3,93 miliar atau Rp65,24 triliun (kurs Rp16.600/US$).
Perusahaan besar seperti Cantor Fitzgerald dan SoftBank juga mulai terlibat dalam investasi Bitcoin, memperkuat sentimen positif pasar. Para pengamat percaya bahwa tren ini dapat mendorong harga Bitcoin terus naik sepanjang Mei.