Singapura, 23 Mei 2025 — Tingkat kesadaran terhadap aset kripto di Singapura mencapai titik tertinggi sepanjang masa, dengan 94% warga menyatakan akrab dengan setidaknya satu bentuk mata uang digital. Data ini terungkap dalam survei tahunan kelima dari Independent Reserve, yang melibatkan 1.500 responden pada Februari 2025.
Meski demikian, tingkat kepemilikan kripto justru menurun, dari 40% pada 2024 menjadi 29% tahun ini. Kendati demikian, sentimen terhadap aset digital tetap kuat, dengan lebih dari separuh investor (53%) berencana menambah kepemilikan, dan 17% non-investor menyatakan minat untuk terjun ke pasar dalam 12 bulan ke depan.
Bitcoin masih menjadi aset favorit, dimiliki oleh 68% investor, dan sebanyak 77% responden memperkirakan harganya akan menembus USD 100.000 pada 2030. Sementara itu, stablecoin dimanfaatkan oleh 46% investor untuk keperluan perdagangan dan DeFi, sebagian besar berbasis dolar AS.
Kepemilikan langsung aset masih menjadi metode pilihan utama (61%), sedangkan perdagangan arbitrase menjadi tren yang meningkat, dengan 67% responden menjual aset mereka untuk memanfaatkan fluktuasi harga.
Dari sisi demografi, investor didominasi oleh kelompok usia 25–54 tahun (milenial dan Gen X), dengan 71% berasal dari kelompok ini, dan pria masih lebih aktif dibanding wanita dalam berinvestasi kripto.
Sebagai pusat kripto global, Singapura memimpin dunia dalam pengembangan blockchain dengan 1.600 paten, 2.433 pekerjaan di sektor kripto, dan 81 bursa aktif, menurut laporan ApeX Protocol. Pemerintah juga memperkuat regulasi dengan mengeluarkan 13 lisensi penyedia layanan kripto pada 2024, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.