Jakarta, 25 Juni 2025 – Bank of Korea (BOK) menyarankan penerbitan stablecoin berbasis won dilakukan secara bertahap, dengan tahap awal hanya melibatkan bank-bank komersial yang berada di bawah pengawasan ketat. Langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan kebijakan moneter nasional.
Deputi Gubernur Senior BOK, Ryoo Sang-dai, menegaskan bahwa pendekatan bertahap ini penting untuk memastikan adanya sistem perlindungan yang kuat bagi pengguna dan pasar keuangan. Setelah tahap awal sukses, barulah sektor non-bank dipertimbangkan ikut serta.
Langkah ini juga sejalan dengan visi Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, yang mendorong regulasi stablecoin melalui Partai Demokrat, demi menjaga daya saing Korea Selatan di tengah perkembangan industri aset digital global.
Sementara itu, BOK juga tengah mempersiapkan uji coba tahap kedua untuk mata uang digital bank sentral (CBDC), menyusul uji coba tahap pertama yang dilakukan sejak akhir 2023 bersama Bank for International Settlements (BIS).
Tether Masih Dominasi Stablecoin Global
Di sisi lain, USDT yang diterbitkan oleh Tether terus mendominasi pasar stablecoin dunia dengan total pasokan mencapai USD 156,1 miliar (Rp2,5 kuadriliun). Sebanyak 50,47% USDT berada di jaringan Tron, dan hampir 40% di Ethereum.
Namun, dominasi USDT mulai terganggu menjelang akhir 2024 akibat regulasi MiCA Uni Eropa. Tether memilih keluar dari pasar Eropa dan menghentikan stablecoin EURT. Sementara itu, pesaingnya USDC dari Circle mulai mendapatkan pangsa di blockchain kecil seperti Solana dan Cosmos.
Tether kini fokus ke pasar Asia, di mana ia masih menjadi pilihan utama untuk transaksi kripto. Meski menghadapi tekanan regulasi global, posisi USDT sebagai stablecoin dominan dengan 62,10% pangsa pasar masih relatif stabil, dibandingkan USDC yang menguasai sekitar 24%.