
Miliarder Michael Saylor melalui perusahaan induk Bitcoin miliknya, Strategy, kembali membuat gebrakan dengan meluncurkan saham preferen baru dan meningkatkan penggalangan dana dari USD 500 juta (Rp 8,15 triliun) menjadi USD 2,8 miliar atau setara Rp 45,64 triliun.
Saham preferen baru yang dinamai Stretch ini menjanjikan dividen tahunan sebesar 9 persen tanpa tanggal jatuh tempo, sesuatu yang jarang ditemui di dunia saham preferen. Strategy, yang dulunya bernama MicroStrategy, mengubah fokusnya menjadi perusahaan keuangan besar dengan tujuan mengumpulkan modal sebanyak mungkin demi membeli Bitcoin. Saat ini, Strategy memiliki sekitar 600 ribu koin Bitcoin senilai USD 70 miliar (Rp 1.141 kuadriliun).
Menurut Profesor Campbell Harvey dari Duke University, strategi penggalangan dana seperti ini kerap dilakukan perusahaan yang nilai pasarnya jauh melampaui nilai fundamentalnya. Sejak 2020, Saylor sudah melakukan berbagai cara seperti menjual ekuitas dan menerbitkan utang untuk mendanai pembelian Bitcoin.
Saham Stretch ini dijual dengan harga diskon USD 90 per saham dari nilai nominal USD 100 dan menawarkan fleksibilitas pembayaran dividen bulanan yang bisa disesuaikan demi menjaga harga saham tetap mendekati USD 100. Fleksibilitas ini menarik minat investor ritel yang mendukung Saylor.
Meski saham Strategy naik 0,5 persen pada pekan ini dan melonjak 43 persen sepanjang 2025, ada indikasi imbal hasil penggalangan dana mulai menurun seiring nilai perusahaan yang mengikuti harga Bitcoin mengalami penurunan.