Cryptoharian – Bitcoin (BTC) kembali berada di zona kritis setelah gagal menembus resisten kuat di US$ 114.000, level yang kini menjadi ‘langit-langit’ harga menurut analis kripto BitBull.
Dalam analisanya yang dipublikasikan di platform X pada September, BitBull menunjukkan bahwa Bitcoin telah ditolak dua kali dari level US$ 114.000 pada grafik harian. Upaya untuk kembali menembus area tersebut langsung ditekan oleh aksi jual, memperkuat statusnya sebagai zona distribusi (supply zone).
Saat artikel ini ditulis, BTC berada di kisaran harga US$ 110.665, turun sekitar 0,6 persen dalam 24 jam terakhir, meski masih mencatat kenaikan mingguan sebesar 2 persen.
BitBull memperingatkan bahwa selama BTC belum bisa menutup harga harian di atas US$ 114.000, setiap kenaikan jangka pendek hanya beresiko menjadi ‘bull trap‘, yang merupakan jebakan palsu sebelum harga berbalik turun.
Masih Uptrend Jangka Panjang, Tapi Lemah di Jangka Pendek
Dari sisi teknikal:
- 50-day SMA berada di US$ 115.862, jauh di atas harga saat ini.
- 200-day SMA masih jauh di bawah, di US$ 101.390.
“Tren jangka panjang masih bullish, tetapi tekanan jangka pendek tetap dominan karena harga tidak mampu bertahan di atas rata-rata 50 harian,” ungkap BitBull.
Untuk RSI saat ini di 47,05, menandakan kondisi netral, tidak oversold atau overbought yang memberikan ruang pergerakan ke dua arah, bergantung pada sentimen pasar berikutnya.
Level yang Harus Diperhatikan
BitBull menyebut bahwa jika BTC terus gagal menembus US$ 114.000, maka peluang koreksi lebih dalam akan meningkat, dengan support langsung di US$ 109.000. Jika support ini jebol, harga bisa terbuka menuju level yang lebih rendah, mendekati 200-day SMA.
Sebaliknya, untuk kembali ke jalur bullish jangka pendek, BTC harus merebut kembali 50-day SMA dan menutup candle harian di atasnya.
Sementara itu melansir dari AInvest.com, perjalanan harga Bitcoin pada Oktober 2025 diperkirakan akan mencerminkan perpaduan antara pola siklus historis dan faktor makroekonomi real-time. Meskipun kerangka siklus 4 tahunan masih relevan, ekspresinya kini terpengaruh oleh permintaan institusional, arus masuk/keluar ETF, serta tren likuiditas global.
Investor tidak bisa lagi hanya mengandalkan pola historis seperti halving atau siklus empat tahunan sebagai penentu arah pasar. Kini, variabel seperti:
- Arus ETF (inflows dan outflows)
- Perubahan regulasi
- Arah kebijakan moneter global
Jika Oktober 2025 memang menjadi puncak harga, hal itu bukan semata karena siklus alami, melainkan hasil konvergensi berbagai faktor besar yang sedang berlangsung secara bersamaan.