Jakarta – Deutsche Bank menilai emas dan Bitcoin dapat tumbuh berdampingan sebagai aset cadangan bank sentral pada 2030. Analis Marion Laboure dan Camilla Siazon menyebut kedua instrumen investasi ini sama-sama menunjukkan prospek bullish meski kinerjanya berbeda dalam jangka pendek.
Bitcoin sempat jatuh di bawah USD 113.000 setelah menembus rekor USD 123.500 pada Agustus, sementara emas melonjak ke rekor baru USD 3.703 per ounce, kenaikan tahunan terbesar dalam lebih dari empat dekade. Perbedaan tren ini dinilai sebagai cerminan divergensi jangka pendek antara aset berisiko dan aset safe haven.
Deutsche Bank mencatat 2025 menjadi tahun yang sangat baik bagi keduanya. Permintaan emas terus menguat berkat pembelian bank sentral, sementara adopsi institusional membuat volatilitas Bitcoin menyentuh titik terendah sepanjang sejarah. Survei global menunjukkan 43% bank sentral berencana menambah cadangan emas dalam 12 bulan ke depan, sedangkan 95% memperkirakan peningkatan cadangan global.
Lebih dari 180 perusahaan juga telah memasukkan kripto dalam neraca mereka, mengikuti strategi korporasi besar. Dukungan publik, termasuk dari Eric Trump, memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai.
Deutsche Bank menilai alokasi cadangan yang dikelola dengan baik untuk Bitcoin dapat melengkapi dominasi emas, terutama di tengah penurunan pangsa dolar AS dari 60% pada 2000 menjadi 43% pada 2024.