Meski Bitcoin sempat anjlok dari puncak US$ 124.457 pada Agustus lalu, Anthony Scaramucci yang merupakan pendiri SkyBridge Capital sekaligus mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih, tetap percaya diri dengan BTC yang masih bisa menyentuh US$ 150.000 sebelum tahun ini berakhir.
Melansir dari finbold.com, Scaramucci menegaskan bahwa penurunan di bulan September adalah pola musiman, bukan sinyal keruntuhan. Menurutnya, koreksi sebesa 3-4 persen adalah bagian normal dari volatilitas kripto.
“Apakah karena kita turun 3-4 persen, lalu permintaannya hilang? Tentu tidak. Ini hanya volatilitas tipikal. Jika melihat historis 15 tahun terakhir Bitcoin, September selalu lemah. Ini konsisten dengan pola lama,” ungkap Scaramucci.
Scaramucci menyebut bahwa bulan November hingga Desember akan jadi periode beli yang bagus, mengingat musim dingin kripto biasanya memberi peluang akumulasi sebelum reli besar berikutnya.
Ia tetap teguh pada proyeksi bahwa Bitcoin bisa naik cukup cepat ke US$ 150.000, apalagi dengan permintaan institusional yang terus meningkat melalui ETF dan treasury digital.
Saat ditanya soal kemungkinan BTC jatuh ke bawah US$ 100.000 atau bahkan US$ 75.000, Scaramucci menjawab lugas.
“Sulit untuk membuat saya kehilangan keyakinan,” ujarnya.
Ia mengakui bahwa volatilitas masih menjadi tantangan, tapi menunjukkan pada pertumbuhan infrastruktur dan adopsi institusi sebagai pendorong jangka panjang.
“Permintaan besar dari ETF, treasury digital, dan tokenisasi akan memperpanjang siklus bull market, berbeda dengan pola sebelumnya,” kata Scaramucci.
Selain Bitcoin, Scaramucci kini juga menjabat sebagai penasihat utama untuk AVAX One, perusahaan yang fokus mengakumulasi Avalanche (AVAX). Ia menyebut AVAX sebagai salah satu jaringan masa depan bersama Solana (SOL) dan Ethereum (ETH), terutama dalam konteks tokenisasi aset nyata.
“AVAX, Solana dan Ethereum akan jadi tulang punggung tokenisasi di masa depan,” paparnya.
Ia juga menyinggung keterlibatan Presiden Donald Trump dan keluarganya dalam proyek kripto. Scaramucci menolak anggapan bahwa mereka harus dibatasi.
“Saya seorang libertarian. Tidak ada yang harus dilarang memulai bisnis hanya karena nama belakang mereka,” pungkas Scaramucci.