Jakarta – Konsorsium sembilan bank besar Eropa, termasuk UniCredit, ING, CaixaBank, hingga Danske Bank, mengumumkan rencana meluncurkan stablecoin berdenominasi euro pada paruh kedua 2026. Langkah ini dinilai dapat menarik minat investor regional sekaligus mempercepat pengembangan digital euro.
Stablecoin tersebut akan dikelola perusahaan berbasis Belanda dan diawasi Bank Sentral Belanda, serta berada di bawah regulasi MiCAR (Markets in Crypto-Assets Regulation) Uni Eropa. Menurut Digital Assets Lead ING, Floris Lugt, stablecoin akan menawarkan pembayaran peer-to-peer instan, transparan, dan berbiaya rendah, termasuk untuk transaksi lintas negara.
Saat ini, stablecoin dolar AS mendominasi 99% pasar global dengan kapitalisasi sekitar USD 292 miliar, jauh di atas stablecoin euro yang hanya sekitar EUR 500 juta. Tether (USDT) dan USDC menjadi pemain terbesar, masing-masing mencatat kapitalisasi USD 172 miliar dan USD 74 miliar.
Analis kripto Nic Puckrin menilai peluncuran stablecoin euro oleh bank-bank Eropa bisa memperkuat kemandirian digital kawasan dan mempercepat proyek digital euro, yang diperkirakan baru meluncur paling cepat 2029. Namun, ia mengingatkan regulasi ketat bisa menjadi pedang bermata dua—memberi rasa aman bagi investor ritel, tetapi membuat sebagian penggemar kripto mundur.