Di tengah gelombang revisi turun target harga Bitcoin (BTC) oleh para analis institusional, satu suara tetap optimis. Ia adalah Adam Livingston, yang merupakan penulis sekaligus analis terkenal dengan pemodelan harga Bitcoin Power Law.
Melansir dari cointelegraph.com, Livingston menyebut bahwa harga ‘wajar’ Bitcoin saat ini seharusnya berada di kisaran US$ 142.000, jauh di atas level spot saat ini yang masih berkonsolidasi di kisaran US$ 103.000. Menurut modelnya, jika tren historis berlanjut, Bitcoin berpotensi naik ke US$ 512.000 sebelum akhir tahun 2025.
“Sejak Maret 2024, harga Bitcoin terus menempel di garis nilai wajar (fair value line). Ini sangat tidak biasa,” ungkap Livingston.
Ia mengungkapkan, setiap kali BTC melakukan ini sebelumnya, hanya ada dua kemungkinan, yakni naik tajam karena terlalu murah, atau sedikit turun sebelum meledak lebih kuat dari sebelumnya.
Apa Itu Model Power Law?
Model Bitcoin Power Law mencoba memperkirakan harga jangka panjang BTC dengan menghubungkan tren historis pertumbuhan harga terhadap waktu logaritmik. Model ini tidak memprediksi harga dalam jangka pendek, tapi memberi panduan seputar zona ‘terlalu murah’ dan ‘terlalu mahal’ berdasarkan tren jangka panjang Bitcoin sejak awal.
Saat ini, kisaran harga menurut model tersebut yakni:
- Upper Band (Desember 2025): US$ 512.000.
- Fair Value: US$ 142.000.
- Lower Band: Sedikit di atas US$ 50.000.
Suara Analis Lain
Meski Livingston optimis, banyak analis justru mulai mengurangi proyeksi harga mereka. Ini terjadi setelah kecelakaan pasar besar pada Oktober, yang sempat menjatuhkan harga BTC di bawah US$ 100.000, level psikologis penting.
Berdasarkan informasi terbaru, Galaxy Digital menurunkan target akhir 2025 mereka dari US$ 180.000 ke US$ 120.000. Alex Thorn, selaku kepala riset Galaxy, menyebut bahwa kecelakaan Oktober “secara material merusak” tren bullish dalam jangka pendek.
“Jika BTC mampu bertahan di atas US$ 100.000, struktur bull market tiga tahun terakhir tetap utuh. Tapi kecepatan kenaikannya bisa melambat,” ujarnya.
Sementara itu, pendiri Ark Invest Cathie Wood juga merevisi proyeksi jangka panjangnya dengan memotong US$ 300.000 dari target sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan alasan stablecoin, yang menurutnya kini mengambil porsi permintaan untuk aset penyimpanan nilai, terutama di negara-negara berkembang.