Zcash (ZEC), mata uang kripto yang berfokus pada privasi, melonjak hingga 33 persen dalam hitungan jam pada Jumat (7/11/2025) sore. Kenaikan tersebut merupakan pergerakan tajam yang menyebabkan lebih dari US$ 51 juta posisi short terlikuidasi di pasar derivatif.
Harga ZEC sempat menyentuh US$ 735, naik dari US$ 536 hanya sehari sebelumnya, sebelum akhirnya stabil di angka US$ 667 saat berita ini ditulis. Angka tersebut pun masih mencatatkan kenaikan sebesar 25 persen dalam 24 jam terakhir.
Lonjakan ini membuat Zcash menjadi aset kripto ketiga paling banyak mengalami likuidasi pada hari itu, hanya kalah dari Bitcoin (BTC) dan Ethereum. Total posisi Zcash yang terlikuidasi mencapai US$ 59 juta, termasuk posisi long dan short, menurut data dari CoinGlass.
Harga Melejit 10 Kali Lipat dalam 5 Minggu
Zcash, yang selama bertahun-tahun bergerak di harga sekitar US$ 40, telah mengalami kenaikan harga yang luar biasa sejak awal Oktober. Dalam lima minggu terakhir, nilainya melonjak 10 kali lipat, reli tajam yang belum menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Menurut data CoinGecko, harga tertinggi ZEC pada Jumat adalah yang tertinggi sejak Januari 2018. Meski begitu, harga saat ini masih 79 persen di bawah rekor tertingginya yang tercatat di tahun 2016, yakni US$ 3.191.
Mengapa Zcash Naik?
Analisis menyebut bahwa lonjakan harga Zcash berkaitan erat dengan kekhawatiran meningkat soal privasi dan sentralisasi di jaringan Bitcoin, terutama di tengah masuknya korporasi dan institusi besar ke ekosistem BTC.
Zcash, yang lahir dari fork Bitcoin pada 2016, menggunakan teknologi zero-knowledge proofs untuk memungkinkan transaksi anonim. Saat ini, ZEC adalah aset kripto privasi terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan valuasi sekitar US$ 11 miliar.
Kasus Hukum Pemicu Tambahan?
Kenaikan tajam pada Jumat juga diduga dipengaruhi oleh peristiwa hukum Amerika Serikat yang menyita perhatian komunitas kripto dan advokasi privasi.
Pada Kamis, Keonne Rodriguez, pengembang aplikasi Bitcoin Samourai Wallet, dijatuhi hukuman 5 tahun penjara federal setelah mengaku bersalah karena mengoperasikan layanan pengiriman uang tanpa izin.
Putusan maksimal ini diajukan oleh Departemen Kehakiman di bawah Presiden Trump, yang sebelumnya sempat menyuarakan dukungan terhadap pengembangan perangkat lunak kripto, dan kebebasan privasi digital.
Putusan ini memicu kritik keras dari banyak tokoh komunitas, yang menilai pemerintah bertindak terlalu keras terhadap pengembang perangkat lunak open source.