Bitcoin (BTC) kembali dibayangi tekanan jual setelah sejumlah indikator teknikal dan on-chain menunjukkan pelemahan memasuki November 2025 ini.
Data terbaru mengungkap bahwa penurunan minat beli, distribusi dari investor jangka panjang, serta kegagalan mempertahankan level teknikal penting membuat risiko bear market semakin besar.
Tekanan Jual Long-Term Holder Semakin Meningkat
Sinyal paling jelas datang dari perilaku investor lama. Sejak pertengahan tahun, pemegang Bitcoin jangka panjang, termasuk early whales, terus mengurangi posisi mereka. Tren ini tidak mereda, melainkan semakin cepat saat memasuki bulan November.
Pergerakan tersebut tercermin melalui indikator Coin Days Destroyed (CDD) yang menunjukkan nilai negatif. Kondisi ini menandakan bahwa koin-koin lama yang sebelumnya tidak aktif tiba-tiba berpindah atau terjual.
Kombinasi negative CDD dan ETF outflows memberi gambaran bahwa suplai bertambah ketika permintaan melemah, sebuah pola yang sering terlihat sebelum fase turun lebih panjang.
Transisi ini memperlihatkan bahwa sebagian pelaku pasar besar memilih mendistribusikan asetnya saat momentum melambat, bukan saat menguat. Hal ini jadi pola umum pada awal pembentukan tren bearish.
Korelasi Asimetris Bitcoin dengan Nasdaq Makin Terlihat
Hubungan Bitcoin dengan Nasdaq-100 masih kuat dengan korelasi mendekati 0.8. Namun, pola pergerakannya mulai tidak seimbang.
Saat pasar saham teknologi melemah, Bitcoin cenderung jatuh lebih dalam. Sebaliknya, ketika saham pulih, respons Bitcoin justru lebih lemah dan tidak mengikuti reli secara penuh.
Pola asimetris ini sebelumnya pernah muncul pada periode crypto winter 2022, ketika investor memperlakukan Bitcoin sebagai aset berisiko tinggi.
Artinya, Bitcoin menjadi lebih sensitif terhadap sentimen negatif, tetapi tidak cukup kuat di tengah sentimen positif.
Fenomena ini sering menjadi tanda bahwa pasar sedang memasuki fase kelelahan sebelum tren turun yang lebih jelas.
Bitcoin Gagal Mempertahankan MA50 Mingguan
Indikator teknikal jangka panjang menambahkan kekhawatiran. Untuk pertama kalinya sejak titik terendah siklus sebelumnya, Bitcoin gagal pulih dari 50-week moving average (MA50).
Pada fase-fase pemulihan sebelumnya, MA50 selalu menjadi titik pantulan yang memicu reli besar.
Kegagalan mempertahankan MA50 kali ini menandakan bahwa kekuatan beli jangka panjang mulai melemah.
Dalam beberapa siklus sebelumnya, momentum yang gagal bertahan di garis tren utama sering menjadi penanda awal pembentukan pola bearish yang lebih luas.
Transisi ini semakin mencolok karena terjadi bersamaan dengan keluarnya likuiditas dari ETF dan aksi jual dari kelompok pemegang jangka panjang.
Ketidakpastian Suku Bunga Menahan Minat Risiko Pasar
Sinyal makro juga belum memberikan dukungan kuat bagi risk asset. Data Fed Watch menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 52.1%, hanya sedikit lebih tinggi dibanding peluang suku bunga bertahan di 47.9%.
Ketatnya selisih ini menandakan bahwa pelaku pasar belum memiliki keyakinan solid bahwa kebijakan moneter akan longgar dalam waktu dekat.
Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung berhati-hati dan menahan diri untuk masuk ke aset berisiko seperti Bitcoin.
Ketidakpastian arah kebijakan The Federal Reserve membuat reli kripto sulit mendapatkan momentum tambahan, terutama ketika sinyal on-chain dan teknikal juga menunjukkan pelemahan.