Jakarta – Harga bitcoin (BTC) kembali merosot tajam dan diperdagangkan di bawah USD 96.000 untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam bulan pada Jumat (14/11/2025). Tekanan jual meningkat seiring memudarnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada Desember.
Menurut data CoinMarketCap pada pukul 21.01 WIB, bitcoin turun 7,03% dalam 24 jam terakhir dan melemah 5,05% dalam sepekan. BTC berada di level USD 95.223 atau sekitar Rp 1,59 miliar, setelah sempat menyentuh USD 95.885—level terendah sejak 7 Mei 2025. Aset kripto terbesar itu kini berada dalam tren penurunan mingguan ketiga dan telah susut hampir 24% dari puncaknya pada awal Oktober.
Anjloknya harga bitcoin terjadi setelah sejumlah pejabat The Fed mengisyaratkan keraguan untuk melakukan pelonggaran kebijakan lebih lanjut. Peluang pemangkasan suku bunga Desember juga turun drastis menjadi sekitar 50%, dari 90% di awal November.
Ether (ETH) turut terkoreksi 1,5% menjadi USD 3.133,76.
Sementara itu, pandangan skeptis terhadap kripto kembali mencuat dari pakar keuangan Dave Ramsey. Dalam wawancara dengan Shawn Ryan Show, Ramsey menyebut investor yang mengabaikan risiko kripto sebagai “bodoh,” dan menegaskan bahwa aset digital lebih bersifat spekulatif ketimbang investasi jangka panjang. Ia mengibaratkan investasi penuh pada kripto seperti “main roda roulette,” terutama bagi investor yang mengabaikan instrumen keuangan tradisional seperti 401(k), reksa dana, atau properti.
Ramsey mengakui bahwa kripto kini lebih stabil dibanding masa awal kemunculannya, namun tetap menilai volatilitasnya sangat tinggi. “Jika melihat grafik harga bitcoin dan tidak melihat risiko, Anda bodoh,” katanya tegas.