Bitcoin (BTC) kembali mengalami tekanan berat setelah harganya jatuh ke kisaran $90.000, level terendah dalam enam bulan terakhir.
Penurunan ini memperpanjang tren koreksi yang sudah berlangsung sejak puncak Oktober, ketika BTC sempat mencetak rekor baru.
Sentimen pasar makin rapuh setelah sejumlah faktor teknikal dan makro bergerak berbarengan mendorong aksi jual.
Saat ini Bitcoin tercatat merosot hingga $90.000, menandai penurunan sekitar 27% dari puncaknya pada Oktober 2025.
Ethereum (ETH) turut melemah dan jatuh ke bawah $3.000, sementara altcoin besar seperti Solana, XRP, dan Cardano terkoreksi tajam dalam sepekan terakhir. Koreksi serentak ini menegaskan fase tekanan yang meluas di pasar kripto.
Di saat yang sama, pasar saham Amerika Serikat juga mencatat penurunan terbesar dalam satu bulan. S&P 500 turun 61,70 poin ke level 6.672,41, sedangkan Nasdaq melemah 192,51 poin ke 22.708,07.
Keduanya ditutup di bawah rata-rata pergerakan 50 harinya, menunjukkan melemahnya minat risiko di sektor keuangan.
Salah satu pemicu pergerakan tajam Bitcoin adalah penutupan CME futures gap besar di area $92.000, celah harga yang sudah terbuka sejak April 2025.
Gap ini muncul karena perdagangan Bitcoin berlanjut saat pasar CME libur akhir pekan. Para trader kerap menjadikan gap sebagai target harga, sehingga penutupannya dianggap sebagai bagian dari proses normalisasi teknikal.
Meski gap tersebut kini telah tertutup, bukan berarti tekanan langsung mereda. Analis memperingatkan bahwa kondisi pasar masih rapuh, dengan permintaan yang belum menunjukkan tanda stabil.
Banyak pelaku pasar kini menilai arah berikutnya lebih ditentukan oleh reaksi volatilitas dan likuiditas dalam beberapa sesi mendatang.