Jakarta – El Salvador tetap agresif mengakumulasi Bitcoin (BTC) meski pasar tengah tertekan. Berdasarkan data kantor Bitcoin negara tersebut, El Salvador membeli 1.091 BTC pada Selasa, setara hampir USD 100 juta atau sekitar Rp 1,67 triliun. Dalam tujuh hari terakhir, total pembelian mencapai 1.981,9 BTC, meningkatkan kepemilikan nasional menjadi 7.474,37 BTC bernilai USD 688 juta.
Presiden Nayib Bukele membagikan pembaruan tersebut lewat platform X, menegaskan komitmen negara membeli 1 BTC per hari, sebuah strategi yang sudah berlangsung sejak November 2022.
Langkah El Salvador dinilai sebagai strategi jangka panjang. Kepala Riset Eropa Bitwise, Andre Dragosch, menyebut pembelian saat harga turun menunjukkan adanya perubahan pendekatan keuangan oleh negara-negara berdaulat. Direktur Bitcoin Office El Salvador, Stacy Herbert, menilai Bitcoin sebagai aset bebas dan transparan yang “tidak memperkuat kontrol pemerintah, melainkan mendistribusikan kekuasaan.”
Selain El Salvador, minat institusi global terhadap aset digital juga meningkat. Bank Sentral Ceko baru-baru ini mengumumkan pembelian Bitcoin dan kripto senilai USD 1 juta.
Di pasar Asia, harga Bitcoin turun di bawah USD 90.000, melemah 4,91% dalam 24 jam akibat tekanan jual.
Sementara itu, Bolivia menyatakan kerja sama strategis dengan El Salvador setelah mencabut larangan kripto pada 2024. Kedua negara menandatangani MoU untuk mengembangkan kebijakan kripto, regulasi, dan intelijen blockchain. Bank Sentral Bolivia berharap belajar dari pengalaman El Salvador—negara pertama yang mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran sah—untuk membangun ekosistem aset digital yang “aman dan teregulasi.”
Kolaborasi ini diharapkan membuka peluang investasi baru dan memperkuat infrastruktur keuangan digital Bolivia, terutama bagi keluarga dan pelaku usaha kecil.