Ketegangan geopolitik kembali mengguncang pasar crypto setelah Donald Trump menyatakan dukungan penuh terhadap rencana tarif impor hingga 500% bagi negara-negara yang masih menjalin perdagangan energi dengan Rusia.
Pernyataan ini langsung memicu kepanikan pasar dan mendorong volatilitas Bitcoin (BTC) yang sebelumnya sudah berada dalam tekanan.
Pernyataan Trump Picu Gejolak Pasar
Trump menyampaikan dukungannya atas rancangan undang-undang tersebut saat berada di Florida, menegaskan bahwa langkah ini akan menjadi sanksi “sangat keras” untuk negara yang terus membeli minyak dan gas Rusia.
RUU ini memberikan kewenangan bagi Trump untuk menerapkan tarif hingga 500%, angka yang belum pernah ditemui dalam kebijakan perdagangan modern AS.
Dampaknya langsung terasa di pasar crypto. Bitcoin yang sebelumnya melemah di bawah US$95.000 kini mengalami tekanan tambahan, dengan kekhawatiran pelaku pasar bahwa rencana tarif ekstrem ini dapat memicu aksi jual lanjutan.
Negara Target Fokus: China, India, dan Potensi Iran
Berbeda dengan pemberitaan sebelumnya yang masih bersifat umum, rancangan tarif ini menargetkan negara utama pembeli minyak Rusia, terutama China dan India, dengan potensi tambahan Iran sebagai target berikutnya.
Kedua negara tersebut merupakan importir terbesar minyak mentah Rusia, sehingga kebijakan tarif ekstrem berpotensi mengganggu arus energi global dan menekan stabilitas pasar.
RUU tersebut juga didorong oleh Senator Lindsey Graham dan Mayoritas Senat John Thune, yang telah mendorong langkah ini selama berbulan-bulan.
Tekanan politik internal semakin menguat seiring memanasnya konflik Rusia–Ukraina yang memasuki tahun keempat.
Minyak Dunia Dalam Tekanan & Dampak Tidak Langsung ke Crypto
Di tengah rencana tarif baru, pasokan minyak global juga mengalami gangguan.
Ukraina meningkatkan serangan ke fasilitas energi Rusia, termasuk kilang Rosneft di wilayah Samara, sementara Rusia memperkuat serangan balik dan mencoba menguasai pusat jalur logistik Pokrovsk.
Di laut Hitam, pelabuhan Novorossiysk sempat menghentikan pengiriman minyak selama dua hari akibat serangan rudal Ukraina sebelum kembali beroperasi.
Data pelacakan tanker menunjukkan lebih dari 350 juta barel minyak Rusia kini tertahan di laut, naik 7% sejak September.
Gangguan rantai pasok ini memperbesar ketidakpastian pasar energi, sektor yang sangat berkorelasi dengan pergerakan aset berisiko seperti crypto.
Crypto Market Masuki Fase Rentan
Dalam 24 jam terakhir (17/11), pasar crypto mencatat likuidasi senilai lebih dari US$620 juta, dengan lebih dari 152.000 trader terpaksa menutup posisi.
Order terbesar datang dari pasangan BTC-USD senilai US$30,6 juta di Hyperliquid. Penurunan juga menjalar ke altcoin besar seperti Ethereum (ETH), XRP, Solana (SOL), dan Cardano (ADA).
Sejarah menunjukkan pasar crypto sangat sensitif terhadap kejutan kebijakan perdagangan.
Saat Trump mengumumkan kenaikan tarif terhadap China beberapa tahun lalu, pasar kehilangan ratusan miliar dolar hanya dalam beberapa hari, dan Bitcoin sempat ambles hampir 10% dalam satu hari.
Kini, dengan skala tarif yang jauh lebih agresif, analis memperingatkan kemungkinan koreksi 10%–20% jika rencana tersebut benar-benar disahkan.
Apakah Bitcoin Berisiko Jatuh Lebih Dalam?
Sentimen global menjadi penentu utama. Kenaikan tensi geopolitik, disrupsi pasokan energi, dan kebijakan dagang yang keras menciptakan kombinasi tekanan yang sering menjadi pemicu aksi jual di pasar crypto.
Jika RUU ini mendapat persetujuan penuh Kongres dan tarif mulai diterapkan, pasar berpotensi mengalami periode volatilitas baru dalam beberapa pekan ke depan.