Jakarta – Pasar kripto kembali diguncang koreksi tajam. Bitcoin (BTC) merosot di bawah USD 90.000 dan menyeret hampir seluruh aset digital lainnya. Dalam laporan terbaru yang dirilis Jumat (21/11/2025), JPMorgan menyatakan bahwa aksi jual kali ini bukan dipicu investor institusional, melainkan investor ritel melalui penjualan besar-besaran ETF Bitcoin dan Ether.
Sepanjang November, tercatat sekitar USD 4 miliar keluar dari spot ETF—angka tertinggi sepanjang tahun. Berbeda dari koreksi sebelumnya yang didorong deleveraging kontrak futures oleh trader profesional, kali ini dompet kecil menjadi pemicu utama.
Aksi jual semakin deras ketika BTC menembus level psikologis USD 94.000, yang juga dipandang sebagai estimasi biaya produksi Bitcoin. Penurunan di bawah level ini sering memicu ketakutan karena menekan profitabilitas mining dan menggoyahkan kepercayaan pasar.
JPMorgan memaparkan tiga skenario pergerakan BTC ke depan:
- Optimistis: kondisi oversold memicu rebound dan menarik investor baru.
- Pesimistis: aksi jual ETF berlanjut dan memicu likuidasi derivatif, dengan potensi BTC turun ke USD 80.000.
- Institusi Masuk: penurunan ini menjadi peluang bagi investor besar masuk kembali dan memulihkan sentimen pasar.
Koreksi kali ini mengindikasikan bahwa investor ritel, yang selama ini dianggap tulang punggung reli Bitcoin 2025, justru menjadi sumber tekanan baru. Masih menjadi pertanyaan apakah ini hanya fase profit-taking atau pertanda menjauhnya investor ritel dari pasar kripto.