Chicago – Crypto Dispensers, operator ATM Bitcoin di AS yang berada di bawah Virtual Assets LLC, tengah mempertimbangkan penjualan perusahaan senilai sekitar USD 100 juta (Rp 1,67 triliun). Langkah itu muncul hanya beberapa hari setelah Departemen Kehakiman AS (DOJ) mengajukan dakwaan pencucian uang terhadap perusahaan tersebut dan CEO-nya, Firas Isa.
DOJ menuduh Isa dan perusahaannya mencuci dana sebesar USD 10 juta melalui ATM Bitcoin, dengan mengabaikan prosedur know-your-customer (KYC). Jaksa menilai Crypto Dispensers menerima dana dari korban dan pelaku kejahatan, lalu mengonversinya ke kripto sebelum memindahkannya ke dompet lain.
Isa dan Crypto Dispensers membantah tuduhan tersebut dan mengaku tidak bersalah. Jika terbukti bersalah, mereka menghadapi ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara serta penyitaan aset.
Dalam pernyataan resmi, perusahaan menyebut sedang mengevaluasi opsi strategis termasuk potensi penjualan. Mereka telah menunjuk penasihat untuk mendukung proses peninjauan di tengah konsolidasi industri aset digital.
Sementara itu, pasar kripto mengalami tekanan. Bitcoin sempat jatuh ke USD 81.000 pada Jumat pagi, level terendah sejak April, setelah sebelumnya menyentuh rekor USD 126.000 pada awal Oktober.
ATM Bitcoin Disebut Jadi Sarana Penipuan Baru
Kasus ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap penyalahgunaan ATM Bitcoin di AS. FBI mencatat kerugian warga mencapai hampir USD 250 juta akibat penipuan lewat mesin tersebut—lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. AARP menyebut ATM Bitcoin kini menjadi metode favorit penipu karena proses transaksi cepat dan hampir tidak bisa dipulihkan.
Pihak berwenang mulai memperketat pengawasan. Jaksa Agung Washington DC baru-baru ini menggugat Athena Bitcoin atas dugaan biaya tersembunyi yang dikenakan kepada korban. Gugatan menyebut 93% transaksi mesin Athena di distrik tersebut terkait penipuan, klaim yang dibantah perusahaan.
Setidaknya 17 negara bagian telah mengesahkan regulasi baru untuk mesin ATM kripto, sementara beberapa kota mempertimbangkan pelarangan total. Kritikus menilai sebagian operator ATM Bitcoin enggan mendukung regulasi karena biaya transaksi tinggi—bahkan bisa mencapai lebih dari 20%—menjadi sumber keuntungan mereka.
Adam, CEO Inca Digital, menilai sebagian operator mengetahui mesin mereka dipakai untuk penipuan. “Mereka tahu atau mereka menutup mata,” ujarnya.