Harga Bitcoin (BTC) kembali terkoreksi setelah sentimen negatif dari sektor teknologi Amerika mengguncang pasar global.
Dorongan aksi jual di saham teknologi, kekhawatiran bubble kecerdasan buatan, serta melemahnya peluang pemangkasan suku bunga menyebabkan Bitcoin (BTC) ambles bersama indeks Nasdaq.
Koreksi ini mencerminkan meningkatnya hubungan antara pasar kripto dan saham teknologi, terutama saat volatilitas naik tajam di sektor AI.
Nasdaq Jatuh 4%, Bitcoin Ikut Terkoreksi
Nasdaq mencatat penurunan intraday hingga 4%, meskipun sejumlah perusahaan besar melaporkan kinerja kuat.
Di sisi lain, investor justru mencemaskan lonjakan belanja besar-besaran di sektor AI, terutama untuk pembangunan data center.
Kekhawatiran ini memicu aksi jual besar-besaran di saham teknologi dan Bitcoin tidak luput dari efek domino tersebut.
Harga Bitcoin sempat turun di bawah US$85.000, level terendah sejak April, mencerminkan betapa sensitifnya pasar kripto terhadap tekanan risiko di sektor teknologi.
Korelasi Bitcoin–Nasdaq Tembus 80%
Tingginya volatilitas membuat korelasi 30 hari antara Bitcoin dan Nasdaq kembali meroket ke kisaran 80%, menjadi level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Lonjakan ini menegaskan bahwa pergerakan Bitcoin saat ini sangat dipengaruhi dinamika di sektor teknologi, terutama ketika tekanan aksi jual muncul di saham perusahaan AI dan Big Tech.
Kenaikan korelasi ini juga menunjukkan bahwa investor lebih fokus pada risiko makro ketimbang karakteristik Bitcoin sebagai aset dengan suplai tetap.
Dalam kondisi risk-off, narasi Bitcoin sebagai penyimpan nilai cenderung tersisih karena pasar lebih memilih mengurangi eksposur dari seluruh aset berisiko.
Biaya Build-Out AI Meledak, Kekhawatiran Bubble Makin Kuat
Kekhawatiran investor tidak hanya datang dari volatilitas sektor teknologi, tetapi juga dari lonjakan biaya pembangunan infrastruktur AI yang semakin agresif.
Meski sejumlah perusahaan membukukan kinerja kuat, termasuk kejutan positif dari Walmart, pasar tetap menilai bahwa pengeluaran besar-besaran untuk AI justru menjadi ancaman terhadap stabilitas ekonomi.
Analis teknologi Gil Luria dari D.A. Davidson menyebut banyak perusahaan kini “mengambil banyak utang untuk membangun data center,” dan menilai bahwa investasi tersebut bersifat spekulatif karena potensi imbal hasilnya belum jelas.
Ia memperingatkan bahwa sektor data center bisa menghadapi tekanan dalam dua hingga tiga tahun ke depan jika ekonomi AI tidak tumbuh sesuai ekspektasi. Menurutnya, bahkan kinerja positif Nvidia tidak cukup untuk menilai kesehatan sektor AI.
Lonjakan biaya ini memperkuat sentimen risk-off di pasar, membuat investor semakin hati-hati dan memilih keluar dari aset berisiko.
Kondisi tersebut turut berkontribusi pada penurunan 7.8% Nasdaq dari posisi all-time high 29 Oktober, menghapus kenaikan selama sepuluh minggu sebelumnya.
Sentimen Makro Ikut Memperburuk Tekanan Penurunan
Pasar makin tertekan setelah laporan tenaga kerja AS menunjukkan kenaikan nonfarm payrolls sebesar 119.000 pada September, berlawanan dengan penurunan pada bulan sebelumnya.
Data ini memantik keraguan terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih cepat. Risalah FOMC Oktober 2025 juga memperkuat sikap hati-hati para pembuat kebijakan.
Peluang dua kali pemotongan suku bunga hingga Januari 2026 kini merosot dari 55% menjadi 20%.
Perubahan ini membuat investor menghindari aset berisiko dan memilih menunggu kejelasan arah kebijakan moneter.
Pandangan Investor: Bubble AI Mulai Jadi Sorotan Serius
Sejumlah analis menilai bahwa pengeluaran masif untuk pembangunan data center oleh perusahaan AI bersifat sangat spekulatif dan berpotensi memicu koreksi tajam dalam beberapa tahun mendatang.
Meskipun Nvidia melaporkan kinerja kuat, pasar tetap resah karena tingginya biaya investasi infrastruktur AI.
Sementara itu, investor besar seperti Ray Dalio menilai memang ada tanda-tanda bubble, namun belum ada pemicu untuk crash besar dalam waktu dekat.
Ia menyebut diversifikasi ke aset langka masih relevan, tetapi sentimen pasar tetap goyah.
Trader Kripto Menunggu Momentum Baru
Meski koreksi cukup dalam, pelaku pasar kripto tidak sepenuhnya bearish.
Banyak trader menunggu titik masuk baru sambil mencermati perkembangan makro dan potensi stimulus fiskal, termasuk agenda ekonomi tarif yang didorong Presiden Donald Trump.
Transisi menuju kondisi pasar yang lebih stabil masih menunggu kepastian dari sisi likuiditas dan arah kebijakan bank sentral.