Bitcoin jatuh ke bawah Rp1,4 miliar (setara $86.000) pada pagi hari ini (01/12) memicu gelombang kepanikan di pasar kripto. Data dari pemantauan pasar menunjukkan Bitcoin sempat menyentuh $85.999, sebelum stabil tipis di kisaran tersebut.
Penurunan ini terjadi cepat, hanya dalam hitungan jam, dan langsung menyeret Ethereum turun lebih dari 6 persen hingga berada di bawah $2.900. Koreksi mendadak ini membuat pelaku pasar bertanya-tanya soal penyebab sebenarnya.
Pemicunya: Likuidasi Jumbo & Minimnya Pembeli
Tekanan jual meningkat setelah likuidasi lebih dari $400 juta posisi long terjadi hanya dalam satu jam. Likuidasi adalah penutupan paksa posisi leverage ketika harga bergerak berlawanan, dan biasanya mempercepat kejatuhan harga.
Analis FalconX, Sean McNulty, menyebut pergerakan ini sebagai “risk-off start to December”, menandakan investor memilih mengurangi risiko di tengah kondisi global yang tidak pasti. Arus masuk ETF Bitcoin yang lemah dan ketiadaan dip buyer membuat kejatuhan makin dalam.
McNulty menyebut $80.000 sebagai batas penahan berikutnya jika tekanan jual berlanjut. Bitcoin pernah memantul dari level yang mirip pada koreksi sebelumnya, namun tipisnya likuiditas membuat pergerakan kali ini dianggap lebih agresif.
Ethereum dan altcoin lain ikut terseret turun, menunjukkan dominasi Bitcoin tetap menjadi acuan utama arah pasar. Jika BTC gagal bertahan, penurunan altcoin bisa lebih dalam karena likuiditasnya lebih kecil.
Kesimpulan: Apakah Bitcoin Akan Pulih?
Beberapa analis masih melihat dasar yang kuat untuk BTC dalam jangka panjang. Bitcoin sebelumnya pernah melewati fase penurunan serupa sebelum mencetak kenaikan baru.
Namun untuk jangka pendek, pasar diperkirakan tetap labil hingga ada kejelasan dari kebijakan The Fed dan arus modal ETF.