Bitcoin (BTC) kembali berada dalam tekanan berat pada Jumat (5/12/2025), setelah aksi jual besar-besaran mendorong lonjakan realized losses tertinggi sejak kejatuhan bursa FTX pada 2022. Data on-chain dari Glassnode menunjukkan bahwa kerugian yang direalisasikan kali ini, terutama berasal dari pemegang jangka pendek, sementara investor jangka panjang relatif tidak terpengaruh karena mayoritas dari mereka mengakumulasi BTC pada harga yang jauh lebih rendah.
Besarnya tekanan jual ini mengingatkan pasar pada salah satu momen paling dramatis dalam sejarah kripto. Tiga tahun lalu, keruntuhan FTX menghapus lebih dari US$ 100 miliar kapitalisasi pasar hanya dalam satu hari. Kala itu, pengungkapan mengenai neraca Alameda Research yang sangat bergantung pada token FTT, ditambah keputusan Binance untuk melikuidasi US$ 500 juta FTT, menjalar menjadi kepanikan yang menekan seluruh pasar.
Kini, meskipun kondisi makro berbeda, tekanan fundamental yang dirasakan pasar tidak kalah berat. Data ekonomi Amerika Serikat kembali menambah beban, yakni dengan klaim tunjangan pengangguran yang turun ke level terendah tiga tahun justru memperkuat kekhawatiran pasar bahwa tekanan inflasi belum mereda.
Dengan demikian, prospek penurunan suku bunga The Fed kembali diragukan. Ketidakpastian ini menyeret aset beresiko, termasuk Bitcoin, yang korelasinya dengan indeks Nasdaq kini berada pada 0,82, level tinggi yang menunjukkan betapa sensitifnya BTC terhadap perubahan sentimen pasar secara luas.
Para pelaku pasar juga menantikan rilis data inflasi inti PCE, yang dapat menentukan arah The Fed. Hasil yang tidak sesuai harapan diperkirakan dapat memperpanjang penurunan Bitcoin dan menunda pemulihan yang mulai terbangun sejak pertengahan November.
Saat artikel ini ditulis, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$ 90.750, turun lebih dari 2 persen dalam 24 terakhir. Koreksi selama sebulan terakhir telah menghapus sebagian besar penguatan yang sempat terbentuk sebelumnya, sekaligus menambah tekanan psikologis bagi investor ritel.
Di sisi lain, arus dana dari ETF Bitcoin Spot menunjukkan tren yang semakin mengkhawatirkan. Pada 5 Desember, produk-produk ETF mencatat outflow harian sebesar US$ 196 juta, hari ketiga berturut-turut aliran keluar dan yang terbesar dalam dua minggu. IBIT milik BlackRock memimpin penarikan dengan kerugian US$ 114,7 juta, diikuti oleh Fidelity’s FBTC sebesar US$ 54,2 juta dan VanEck yang kehilangan lebih dari US$ 14 juta.
Secara mingguan, dana ETF Bitcoin telah mencatat outflow bersih sebesar US$ 73 juta, sementara angka bulanan jauh lebih buruk dengan total US$ 2,8 miliar keluar dari produk ETF selama 30 hari terakhir, berdasarkan data dari HeyApollo.