Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan siap memberikan lampu hijau bagi Nvidia untuk mengekspor chip AI H200 ke China.
Kebijakan baru ini menjadi salah satu perubahan terbesar dalam ketegangan teknologi AS–China selama beberapa tahun terakhir dan langsung memicu reaksi di pasar keuangan, termasuk aset crypto.
Kabar tersebut membuat saham Nvidia naik sekitar dua persen setelah laporan awal beredar. Lonjakan tersebut mengindikasikan ekspektasi investor bahwa pembatasan ekspor chip berperforma tinggi bisa mulai dilonggarkan.
Transisi menuju hubungan yang lebih lunak antara Washington dan Beijing disebut semakin terlihat setelah pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di Busan bulan lalu.
Sumber industri menyebut pembahasan izin H200 telah berlangsung selama beberapa minggu sebelum berita ini muncul.
H200 Jadi Penanda Perubahan Arah Kebijakan Teknologi AS
Chip Nvidia H200 merupakan salah satu produk komputasi AI paling kuat yang pernah dibuat perusahaan tersebut.
Dibandingkan H100 yang telah lama menjadi standar industri, H200 memiliki memori jauh lebih besar dan kemampuan pemrosesan yang lebih cepat.
Performanya disebut hampir enam kali lipat dibanding H20, seri chip paling canggih yang sebelumnya masih diizinkan diekspor ke China.
Laporan dari Institute for Progress menunjukkan bahwa kemampuan H200 dapat membantu laboratorium AI China membangun superkomputer yang mendekati level Amerika Serikat, meski dengan biaya operasional yang lebih tinggi.
Hal ini membuat pelonggaran ekspor menjadi isu strategis yang sensitif, terutama terkait kompetisi pengembangan model AI global.
Di sisi lain, sejumlah politisi di Washington menganggap langkah ini berisiko, karena chip kelas atas juga bisa meningkatkan kemampuan teknologi militer.
Dampaknya ke Pasar Saham, AI, dan Sentimen Risiko
Reaksi awal pasar mengarah ke optimisme. Selain kenaikan pada saham Nvidia, sektor teknologi secara keseluruhan mendapat tekanan positif karena prospek peningkatan pendapatan berbasis ekspor.
Jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, sektor AI global diperkirakan mendapat momentum baru karena aliran suplai chip berperforma tinggi kembali terbuka.
Situasi geopolitik yang lebih stabil juga umumnya mendorong aset berisiko, termasuk aset crypto.
Meski kebijakan ekspor chip bukan isu crypto secara langsung, pasar aset digital sering mengikuti dinamika teknologi dan perubahan sentimen global.
Pengurangan ketegangan AS–China cenderung membuat investor lebih percaya diri masuk ke aset berisiko, sehingga Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) kerap menunjukkan respons positif ketika ketidakpastian geopolitik mereda.
Pada saat yang sama, narasi AI-Crypto berpotensi menguat karena token seperti Render (RNDR), Fetch.ai (FET), SingularityNET (AGIX), dan NEAR Protocol (NEAR) dan proyek berbasis GPU biasanya bergerak mengikuti sentimen terhadap Nvidia dan perkembangan komputasi AI.
Pergerakan sektor teknologi yang menguat juga sering mendorong aliran likuiditas menuju crypto, terutama pada periode pasar yang kompetitif.
Selain itu, meski China melarang perdagangan crypto, perubahan kebijakan yang lebih ramah terhadap kerja sama teknologi kerap diikuti meningkatnya aktivitas di Hong Kong dan jam perdagangan Asia, sehingga pergerakan Bitcoin di sesi Asia cenderung lebih aktif.