Jakarta — Perusahaan aset digital dan infrastruktur blockchain Ripple berhasil mengumpulkan pendanaan sebesar USD 500 juta atau sekitar Rp 8,34 triliun (kurs Rp 16.696), yang meningkatkan valuasi perusahaan menjadi USD 40 miliar atau sekitar Rp 667,87 triliun.
Mengutip CNBC, Jumat (7/11/2025), pendanaan tersebut datang setelah serangkaian akuisisi dan ekspansi bisnis Ripple di luar sektor pembayaran lintas batas. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh dana yang dikelola oleh Fortress Investment Group, Citadel Securities, Pantera Capital, Galaxy Digital, Brevan Howard, dan Marshall Wace.
Presiden Ripple, Monica Long, mengatakan perusahaan sebenarnya tidak membutuhkan tambahan dana, tetapi banyak investor institusional yang ingin memiliki saham Ripple. “Kami melihat peluang untuk menjadikan mereka mitra strategis yang dapat membantu membangun masa depan perusahaan,” ujarnya.
Ripple kini tengah memperluas lini bisnisnya ke berbagai sektor, termasuk stablecoin, kustodian aset kripto, pialang utama, serta manajemen perbendaharaan korporat. Tahun lalu, Ripple meluncurkan stablecoin yang dipatok terhadap dolar AS dan didukung oleh aset dunia nyata. Tahun ini, Ripple juga mengakuisisi Rail, platform stablecoin untuk korporasi.
Sejak berdiri pada 2012, Ripple awalnya dikenal sebagai penyedia solusi pembayaran lintas batas berbasis blockchain dengan token XRP sebagai media transfer cepat antar mata uang. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan telah menyelesaikan enam akuisisi besar untuk memperluas jangkauan bisnisnya.
Monica Long menegaskan, Ripple belum berencana untuk melantai di bursa (IPO) dalam waktu dekat. “Kami memiliki neraca yang kuat dan likuiditas cukup untuk terus bertumbuh melalui merger, akuisisi, dan kemitraan strategis,” ujarnya.
Pendanaan baru ini datang di tengah volatilitas pasar kripto, di mana Bitcoin sempat jatuh di bawah USD 100.000 untuk pertama kalinya sejak Juni 2025, menyebabkan hilangnya miliaran dolar dari kapitalisasi pasar kripto global.