Jakarta – Gubernur The Federal Reserve (The Fed), Stephen Miran, mengatakan bahwa meningkatnya permintaan terhadap stablecoin berdenominasi dolar AS dapat membantu menurunkan suku bunga acuan Amerika Serikat.
Dalam pidatonya di hadapan para ekonom di New York pada Jumat (7/11/2025), Miran menjelaskan bahwa melonjaknya penerbitan stablecoin yang dipatok terhadap dolar berpotensi menekan suku bunga “netral” (r-star) — yaitu tingkat bunga yang tidak mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Stablecoin bisa menjadi faktor besar bernilai triliunan dolar bagi bank sentral,” ujar Miran, dikutip dari CNBC, Minggu (9/11/2025). Ia menambahkan, meningkatnya permintaan global terhadap surat utang dan aset likuid AS akibat pertumbuhan stablecoin dapat menurunkan r-star dan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya agar tidak memperlambat ekonomi.
Menurut riset yang dikutipnya, pertumbuhan stablecoin dapat menurunkan suku bunga acuan The Fed hingga 0,4 poin persentase. Miran, yang dikenal mendorong kebijakan moneter longgar, menilai perubahan struktural di sektor keuangan digital ini akan membuat biaya pinjaman lebih rendah dalam jangka panjang.
“Bahkan proyeksi pertumbuhan stablecoin yang konservatif pun akan meningkatkan pasokan dana pinjaman dan menekan suku bunga netral. Jika r-star lebih rendah, maka kebijakan suku bunga juga harus lebih rendah,” jelasnya.
Miran, yang masa jabatannya di dewan The Fed berakhir pada Januari 2026, menekankan bahwa kegagalan menyesuaikan kebijakan suku bunga terhadap penurunan r-star dapat berdampak kontraktif pada ekonomi.
Sementara itu, di Asia, Jepang baru saja meluncurkan stablecoin pertama yang dipatok pada yen melalui perusahaan rintisan JPYC. Stablecoin tersebut sepenuhnya didukung oleh tabungan domestik dan obligasi pemerintah Jepang (JGB). Tiga bank besar Jepang juga akan menerbitkan stablecoin bersama, mempercepat adopsi aset digital di negara yang sebelumnya sangat mengandalkan uang tunai.
Langkah Jepang ini menandai dorongan global terhadap adopsi stablecoin, di tengah dukungan Presiden AS Donald Trump terhadap sektor kripto dan rencana China untuk mengizinkan stablecoin berbasis yuan.
Menurut Bank for International Settlements (BIS), stablecoin berbasis dolar AS saat ini mendominasi pasar global, mencakup lebih dari 99% dari total pasokan stablecoin dunia.
Namun, sejumlah regulator memperingatkan bahwa stablecoin berpotensi memindahkan arus dana keluar dari sistem perbankan tradisional dan mengurangi peran bank komersial dalam sistem pembayaran global. Deputi Gubernur Bank Jepang, Ryozo Himino, bahkan menyebut stablecoin dapat menjadi “pemain kunci” dalam sistem keuangan masa depan, mendorong regulator global untuk segera beradaptasi dengan perubahan tersebut.