Pasar kripto berpotensi mengalami pergerakan besar minggu ini setelah dua katalis ekonomi utama muncul bersamaan dari kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan India, serta akhir dari shutdown pemerintahan AS.
Kedua faktor ini diperkirakan dapat mengubah arah likuiditas global dan memicu reli baru di pasar aset digital.
Melansir dari Be(in)crypto, perjanjian tersebut mencakup pemangkasan tarif impor dari sekitar 50% menjadi 15–16% serta komitmen India untuk mengurangi impor minyak dari Rusia.
Jika resmi diumumkan, kesepakatan ini berpotensi meredakan ketegangan perdagangan global dan memperkuat kepercayaan pasar terhadap aset berisiko seperti Bitcoin (BTC).
Selain itu, langkah ini juga dapat mendukung pertumbuhan ekspor India menjelang pemilihan umum 2026 dan menambah stabilitas perdagangan di kawasan Asia.
Likuiditas Global Siap Mengalir Lagi
Selain trade deal, faktor lain yang ikut menggerakkan sentimen adalah rencana akhir dari shutdown pemerintah AS.
Setelah enam minggu tertahan, Senat AS dilaporkan telah menyetujui rancangan pendanaan bipartisan untuk membuka kembali pemerintahan hingga Januari 2026.
Selama penutupan berlangsung, lebih dari US$850 miliar tertahan di Treasury General Account (TGA).
Akibatnya, likuiditas dolar menyusut sekitar 8%, menekan pasar saham dan kripto sejak Juli. Namun, begitu pemerintah kembali beroperasi, diperkirakan US$250–350 miliar akan segera masuk ke sistem keuangan.
Suntikan dana ini dapat memperlonggar kondisi likuiditas dan mendorong arus masuk modal ke pasar kripto.
Dampaknya ke Bitcoin dan Aset Kripto
Bitcoin disebut telah turun sekitar 5% sejak Juli, seiring pengetatan likuiditas akibat dana pemerintah yang tertahan.
Namun, data on-chain menunjukkan investor besar (1.000–10.000 BTC) justru memanfaatkan momentum tersebut untuk mengakumulasi sekitar 29.600 BTC atau senilai US$3 miliar.