Ethereum (ETH) kembali menghadapi tekanan setelah gagal mempertahankan level US$4.000 sejak 29 Oktober 2025.
Harga ETH kini bergerak di sekitar US$3.167–3.200, dengan momentum bullish yang terus memudar. Data terbaru menunjukkan ada empat faktor utama yang menahan laju pemulihan Ethereum menjelang akhir tahun.
Penurunan aktivitas jaringan hingga melemahnya fee menjadi pemicu terbesar. Di sisi lain, kompetisi antar-blockchain dan potensi rotasi dana ETF memperbesar tantangan bagi ETH untuk kembali menguat dalam jangka pendek.
Aktivitas On-Chain Ethereum Melemah
Data on-chain menunjukkan penggunaan jaringan Ethereum menurun tajam dalam 30 hari terakhir. Volume transaksi turun 23%, sementara jumlah alamat aktif berkurang 3%.
Kondisi ini mempersempit ruang pertumbuhan harga karena permintaan token menjadi lebih kecil.
Sebaliknya, beberapa jaringan pesaing justru mencatatkan peningkatan, seperti Tron dan BNB Chain yang sama-sama naik 34%, serta Solana dengan kenaikan alamat aktif sebesar 15%.
Kenaikan tersebut membuat persaingan ekosistem semakin ketat, terutama bagi jaringan yang menawarkan biaya transaksi lebih rendah dan pengalaman pengguna yang lebih sederhana.
Transisi ini memperlihatkan bahwa arus pengguna mulai bergeser ke jaringan alternatif, sehingga tekanan pada aktivitas Ethereum semakin terasa.
Penurunan Fee Menekan Imbal Hasil Staking
Biaya transaksi Ethereum turun hingga 88% dari puncak akhir 2024. Penurunan fee langsung berimbas pada turunnya reward staking, salah satu faktor penting yang membuat investor mempertahankan kepemilikan ETH.
Berbagai pihak kini menunggu kejelasan manfaat dari upgrade “Fusaka” yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi data, terutama lewat penguatan Layer-2.
Namun hingga kini, belum ada kepastian bagaimana upgrade tersebut berdampak langsung kepada nilai ETH maupun insentif pemegangnya.
Dengan yield melemah, ketertarikan investor jangka panjang juga ikut menurun.
Persaingan ETF Altcoin Makin Meningkat
Masuknya produk ETF altcoin baru menambah tekanan pada Ethereum. Setelah Solana ETF disetujui di Amerika Serikat, pasar kini menunggu potensi ETF untuk XRP, BNB, dan Cardano (ADA).
Kehadiran produk tersebut membuka peluang terjadinya rotasi dana institusional dari Ethereum ke aset lain.
Sebelumnya, ETF spot Ethereum sempat memicu kenaikan harga 140% dalam 100 hari menuju puncak di US$4.200 pada Agustus 2024.
Namun tren tersebut mulai melemah seiring meningkatnya pilihan produk investasi berbasis aset kripto lain. Kondisi ini membuat posisi Ethereum sebagai aset institusional unggulan semakin terdesak.
Pendapatan DApp dan Ekosistem L2 Belum Mengangkat Harga
Meski Ethereum masih memimpin dalam total value locked (TVL) dan adopsi Layer-2, pertumbuhan pendapatan DApp di jaringan ini belum mengimbangi pesaingnya.
Solana tercatat unggul dalam revenue DApp, sementara pemain baru seperti Hyperliquid mulai mendapat perhatian.
Ekspansi Base antara Layer-2 dengan integrasi langsung ke Coinbase memang membawa tambahan aktivitas, namun kontribusinya dianggap belum mencerminkan adopsi DApp skala luas di seluruh ekosistem Ethereum.
Pendapatan aplikasi terdesentralisasi yang stagnan membuat dorongan fundamental terhadap harga ETH menjadi terbatas.