Menjelang akhir tahun, pasar kembali menyorot potensi “Christmas Rally”, fenomena musiman di mana harga aset cenderung menguat pada pekan-pekan terakhir Desember hingga awal Januari.
Kali ini, sorotan tertuju pada Bitcoin (BTC) dan emas, dua aset yang sama-sama dianggap penyimpan nilai (store of value), namun menunjukkan perilaku berbeda saat likuiditas pasar mengetat.
Bitcoin Unggul di Tengah Sentimen Akhir Tahun
Bitcoin kembali mencatat performa solid menjelang Natal 2025. Setelah menembus level US$100.000 pada awal Desember 2024, aset kripto terbesar ini terus menunjukkan daya tahan dengan puncak tertinggi sekitar US$125.000 pada Oktober 2025.
Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve dan inflasi yang kembali naik ke 3% pada September 2025.
Penurunan suku bunga ke kisaran 3,75%–4,00% memperlemah dolar AS dan meningkatkan minat investor pada aset alternatif seperti Bitcoin.
Dalam kondisi seperti ini, Bitcoin cenderung bereaksi cepat terhadap aliran dana baru, termasuk pembelian ETF institusional yang menambah tekanan beli di pasar spot.
Dengan perdagangan 24 jam non-stop, volatilitas Bitcoin menjelang akhir tahun seringkali menjadi bahan bakar utama Christmas Rally.
Emas Masih Stabil, Tapi Tertinggal dalam Momentum
Di sisi lain, emas tetap mempertahankan perannya sebagai aset lindung nilai klasik. Harga logam mulia ini biasanya menguat secara bertahap pada kuartal IV karena permintaan perhiasan di Asia dan pembelian cadangan bank sentral.
Namun, dibandingkan lonjakan Bitcoin, performa emas relatif datar. Emas cenderung lebih kuat saat terjadi ketidakpastian ekonomi atau kenaikan suku bunga tajam, seperti pada periode 2021–2022.
Kini, dengan arah kebijakan moneter yang lebih longgar, daya tarik emas tampak kalah cepat dibandingkan aset digital yang lebih responsif terhadap perubahan likuiditas.
Mengapa Christmas Rally Bisa Terjadi?
Fenomena Christmas Rally atau dikenal juga sebagai Santa Claus Rally muncul karena sentimen positif akhir tahun, penyesuaian portofolio investor, serta likuiditas pasar yang menurun selama libur panjang.
Dalam situasi tersebut, pergerakan harga yang kecil bisa menghasilkan dampak besar, terutama pada aset volatil seperti Bitcoin.
Sementara emas cenderung bergerak stabil, Bitcoin justru sering memanfaatkan momentum ini untuk naik cepat.
Pola serupa sempat terlihat pada akhir 2020, saat stimulus besar-besaran mendorong Bitcoin mencetak rekor baru, sementara emas hanya naik tipis di sekitar US$1.900 per ons.