Jakarta – Aset kripto Cardano (ADA) mencatat kinerja negatif selama 12 bulan terakhir dengan penurunan sekitar 13%, meski Bitcoin dan Ethereum masing-masing naik 9% dan 2%. Berdasarkan data pada Minggu (16/11/2025) pukul 21.13 WIB, harga ADA turun 3,45% dalam 24 jam dan anjlok 13,02% dalam sepekan menjadi USD 0,4914.
Meski masih berada lebih dari 80% di bawah harga tertinggi sepanjang masa, analis memprediksi Cardano berpotensi naik ke USD 1 dalam setahun ke depan.
Teknologi dan Fundamental Masih Kuat
Cardano dikembangkan oleh salah satu pendiri Ethereum, Charles Hoskinson, dan menggunakan mekanisme proof-of-stake (PoS) dengan protokol blockchain miliknya, Ouroboros. Berbeda dari Ethereum, semua pembaruan dan proyek di Cardano harus melalui proses tinjauan sejawat formal untuk memastikan keamanan dan skalabilitas.
Ekosistem Cardano terus berkembang dengan kemampuan:
- 250 TPS pada Layer-1, jauh lebih cepat dibanding Ethereum yang 15–30 TPS.
- Skalabilitas hingga 1.000 TPS lewat solusi Layer-2 Hydra, yang memproses transaksi di luar rantai utama.
- Staking tinggi, dengan lebih dari 70% pasokan yang beredar sudah dipertaruhkan, mengurangi jumlah token yang tersedia di pasar.
Cardano juga memiliki pasokan maksimum tetap 45 miliar token, sehingga sering dipandang memiliki nilai kelangkaan mirip Bitcoin.
Katalis Pertumbuhan
Kenaikan harga Cardano bergantung pada beberapa faktor, terutama:
- Perluasan ekosistem pengembang yang masih kalah besar dari Ethereum.
- Adopsi dApps yang lebih luas.
- Minat investor terhadap staking yang dapat memperketat pasokan.
Dengan teknologi yang lebih cepat dan biaya transaksi lebih stabil, Cardano dinilai masih memiliki ruang pertumbuhan signifikan dalam jangka menengah.