Bitcoin (BTC) mencapai tonggak penting dalam sejarahnya setelah total pasokan yang beredar menembus 95% dari batas maksimum 21 juta BTC.
Dengan 19,95 juta Bitcoin telah beredar, hanya tersisa sekitar 2,05 juta BTC yang akan ditambang hingga tahun 2140, menandai fase baru kelangkaan aset kripto terbesar ini.
Permintaan Naik, Pasokan Baru Menipis
Kenaikan menuju 95% ini makin menegaskan karakter Bitcoin sebagai aset langka. Analis global menyebut status ini memperkuat narasi “digital gold”, terutama karena tingkat inflasi Bitcoin kini turun ke sekitar 0,8% per tahun, jauh di bawah inflasi mata uang fiat.
Thomas Perfumo, Global Economist di Kraken, menilai pencapaian ini signifikan karena Bitcoin tetap beroperasi sesuai desain awal Satoshi Nakamoto.
Ia menekankan bahwa Bitcoin menggabungkan fungsi settlement global real-time dengan kepastian kelangkaan yang hanya dimiliki aset bernilai tinggi.
Transisi menuju suplai semakin ketat juga terjadi di tengah meningkatnya porsi kepemilikan institusional. Sekitar 17% pasokan BTC saat ini dipegang perusahaan dan negara, mempersempit likuiditas yang beredar di pasar spot.
Belum Jadi Pemicu Harga, Tapi Penting Secara Narasi
Meski milestone ini menciptakan sentimen kelangkaan, analis menilai tidak ada dampak harga jangka pendek hanya karena angka 95%.
Jake Kennis, Senior Research Analyst di Nansen, menegaskan bahwa pasokan Bitcoin bersifat sepenuhnya dapat diprediksi, sehingga pasar telah lama mengantisipasi ritme halving dan perlambatan suplai.
Kennis menambahkan bahwa sisa 5% suplai akan terbagi dalam rentang lebih dari satu abad akibat halving empat tahunan.
Dengan demikian, angka 95% lebih memperkuat persepsi dan narasi, bukan menjadi katalis langsung untuk kenaikan harga.
Bitcoin Masuki Fase Maturitas
Pencapaian ini menunjukkan bahwa Bitcoin bergerak dari fase aset pertumbuhan ke fase aset matang dengan kelangkaan permanen.
Grafik suplai dan inflasi menunjukkan pola yang sama, laju penambahan Bitcoin terus melambat dan tingkat inflasi tahunan menurun tajam dari tahun ke tahun, menggambarkan mekanisme halving yang membuat suplai semakin mendatar hingga mendekati batas 21 juta BTC.
Marcin Kazmierczak dari RedStone menilai bahwa fokus utama investor seharusnya mulai bergeser dari sekadar dinamika suplai menuju kesiapan infrastruktur, adopsi institusional, dan konteks makroekonomi global.
Menurutnya, momen paling penting sudah terjadi saat suplai baru masih besar dan pasar sedang beradaptasi.
Kini, visualisasi suplai yang makin datar tersebut semakin menegaskan sifat Bitcoin sebagai aset keras dengan prediktabilitas tinggi, terutama di tengah lingkungan fiat yang terus mengalami ekspansi.
Para Miner Hadapi Tekanan Baru
Berbeda dengan pasar spot yang relatif stabil, fase 95% ini justru membawa tekanan tambahan bagi industri mining.
Setelah halving April 2024 memangkas reward menjadi 3,125 BTC per blok, pendapatan miner semakin bergantung pada biaya transaksi.
Analis memperkirakan:
- Miner kecil berpotensi tersingkir karena marjin menyusut
- Konsolidasi mining farm besar kian intens
- Efisiensi energi dan hardware menjadi fokus utama
- Hash rate diproyeksi tetap menyesuaikan secara bertahap
Seiring suplai baru makin kecil, ekonomi mining berubah dari bergantung pada reward blok menjadi ekosistem yang didorong insentif transaksi dan keberlanjutan jangka panjang.